Kalimantan Timur
Ajarkan Bahasa yang Baik Sejak Dini

Seminar Bahasa Indonesia

SAMARINDA - Kecenderungan penggunaan bahasa gaul di kalangan generasi muda dan pelajar akhir-akhir ini kian tidak terbendung. Dikhawatirkan, Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, justru akan semakin terabaikan. Berangkat dari kesadaran itulah, Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Kaltim menggelar seminar bertajuk "Bahasa yang Baik, Lahirkan Generasi yang Baik".

Seminar menghadirkan Wakil Ketua DPRD Kaltim, Hadi Mulyadi, Kepala UPTD Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dinas Pendidikan Kaltim, H Khairani dan Ketua FBMM, TD Asmadi.

Mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kaltim, H Musyahrim, Kepala UPTD Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dinas Pendidikan Kaltim, H Khairani menjelaskan, untuk melahirkan generasi yang baik, santun dan berakhlak, sudah sewajarnya dimulai dari pembiasaan penggunaan bahasa yang baik dan benar, serta santun. Sebab jika tidak, etika dan kesantunan berbahasa akan semakin sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

"Ajarkan anak sejak dini  untuk  terbiasa menggunakan bahasa dengan baik, benar dan santun. Tidak menggunakan bahasa gaul semaunya kepada orang tua ataupun para guru. Karena di situlah, etika dan kesantunan perlahan akan hilang," kata Khairani.

Penggunaan Bahasa Indonesia di sekolah oleh para guru juga sangat penting. Sebab, teladan dari para guru akan sangat mudah ditiru oleh para siswa. Jika para guru tidak terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan santun, maka kemungkinan besar, sengaja atau tidak sengaja, para siswa akan mengikuti bahasa-bahasa para guru. Bahkan tidak jarang, bahasa dari para guru atau orang tua itu, justru menjadi bahan olokan mereka.

"Guru menjadi teladan dalam berbahasa di kelas dan di sekolah, baik bahasa lisan maupun tertulis. Karena itu, berikanlah contoh yang benar dan santun," tambah Khairani.

Selain itu, dalam kurikulum pendidikan yang baru, Dinas Pendidikan akan mengarahkan proses pembelajaran mata pelajaran yang berorientasi pada akhlak dan moralitas serta pendidikan agama agar tidak sekedar mengetahui teori, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Jadi siswa tidak sekedar mengetahui dan bisa menjawab, tapi juga mengaplikasikannya dalam bahasa sehari-hari. Itu semua menjadi bagian penilaian terhadap siswa," 

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kaltim Hadi Mulyadi menjelaskan, bahasa adalah media komunikasi yang baik. Komunikasi memiliki fungsi informasi, ekspresi, kontrol dan fungsi sosial dan agama. Bahasa bisa disampaikan secara lisan, tulisan dan bahasa tubuh atau isyarat.

Bahasa menurut Hadi Mulyadi juga bermakna doa. Sebab itu, para orang tua dulu sudah memberikan tuntutan agar setiap anak terbiasa dengan bahasa yang baik dan santun. "Orang tua dulu, sekalipun marah, mereka tetap mengeluarkan kata-kata yang santun dan tidak kasar. Karena bahasa itu adalah doa," kata Hadi Mulyadi.

Sedangkan, Ketua FBMM, TD Asmadi menekankan pentingnya pengaruh media massa dalam penggunaan bahasa Indonesia. Menurut dia, media massa memiliki pengaruh besar untuk menggiring penggunaan Bahasa Indonesia yang benar di masyarakat. Namun sebaliknya, media juga memiliki pengaruh yang sangat dominan untuk melakukan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia secara benar.

"Jika wartawan selalu menggunakan kaidah dan standar dengan bahasa yang komunikatif artinya mereka bekerja dengan pagar etika dan aturan. Dengan begitu, maka media akan sangat membantu melahirkan generasi-generasi yang baik. Jangan sebaliknya," kata Asmadi.

Karena itu, diperlukan komitmen media massa dan insan pers untuk turut mengembangkan kesantunan berkomunikasi dan etika berbahasa. Seminar ini dimoderatori wartawan senior Kaltim, Imron Rosyadi. (sul/es/hmsprov).

 

 

 

Berita Terkait
Government Public Relation