Mengenang jasa dan kiprah Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang merupakan Raja Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-18. Tim Biro Humas dan Protokol Kaltim menurunkan tulisan bersambung tentang Sultan yang bergelar Al Adil Chalifatul Amirul Mukminin Fibilade Kutai.
Aji Mohammad Muslehudin dan Berdirinya Kota Tenggarong (1)
Setelah beberapa lama berada di Wajok Negeri Paniki, Aji Doya bergelar Aji Puteri Agung (permaisuri Sultan Aji Mohammad Idris) yang hamil tua merasa akan melahirkan. Seketika turun angin rebut, petir sambung menyambung dan halilintar menguncang bumi.
Namun tiba-tiba angin ribut reda, hujan rintik-rintik dan suara guruh di kejauhan serta anginpun sepoi-sepoi dan sepasang bianglala lalu membelit mega, tanda anak raja akan lahir dan dari dalam istana terdengar tangisan seorang bayi ternyata Aji Doya melahirkan seorang putera yang kemudian diberi nama Aji Imbut untuk mengingatkan kelahirannya diawali angin rebut.
Tahun 1739 itu Sultan Aji Mohammad Idris telah gugur di Anung Kawangnge sebagai sekutu La Maddukelleng dalam perang melawan Belanda dan diberi gelar La Derisek Daenna Parisi Arung Kutek Petta Matinu Ri Kawanne.
Menjelang ajalnya Sultan Aji Mohammad Idris menitipkan Keris Buritkang (Pusaka Kerajaan Kutai) kepada La Barru dan berpesan agar keris tersebut disampaikan kepada Aji Puteri Agung di Tanah Kutai kelak diserahkan kepada puteranya yang berhak menjadi raja.
Dengan bantuan Pua Ado La Tojang Daeng Ripetta dan pasukan Bugisnya di Mangkujenang membawa Aji Imbut (Sultan Aji Mohammad Muslehuddin 1780-1816) dari Wajok ke Tanah Kutai. Aji Imbut sampai dewasa tinggal di Wajok (Sulawesi) diasuh Matoa Wajok La Maddukelleng yang mempunyai pengalaman luas mengarungi samudera.
Selama di Pemarangan Aji Imbut gelisah dan merasa tertekan disamping karena sering diganggu bajak laut dari Solok Filipina, sehingga ibukota kerajaan sudah tidak aman lagi dan kehilangan apuahnya.
Sultan berkeinginan mencari tempat baru untuk menjadi ibukota kerajaan, sehingga bermusyawarah dengan para pembesar kerajaan dan menceritakan mimpinya tiga malam berturut-turut melihat ular naga berenang di Sungai Mahakam bermain dengan kemala.
Maka ditelusurilah Sungai Mahakam ke sebelah hulu dan tidak lama ditemukan sebuah pulau (sekarang Pulau Kumala) yang berada di muara sebuah sungai (sekarang Sungai Tenggarong) yang selama itu dihuni Suku Kedang Lampong.
Dalam musyawarah itu Pua Adok mengusulkan kota yang akan dibangun sebaiknya diberi nama Tangga Arung (Tangga/ Rumah Raja) yang kemudian memperoleh persetujuan Sultan yang akhirnya menjadi cikal bakal Kota Tenggarong saat ini.
Sultan Aji Mohammad Muslehuddin yang lebih dikenal dengan nama Aji Imbut membangun Kota Tenggarong pada 28 September 1782 memindahkan pusat pemerintahan dari Pemarangan ke Tenggarong.
Sebelumnya pernah terjadi pemindahan ibu kota kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Kutai Pangeran Dipati Tua (1700-1710) yang meindahkan pusat pemerintahan dari Kutai Lama ke Pemarangan, kemudian masa pemerintahan Aji Imbut memindahkan pusat pemerintahan dari Pemarangan ke Kota Tenggarong.
Setelah Raja Kutai bergelar Aji Imbut wafat pemerintahan dilanjutkan putera mahkota bernama Sultan Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845) dan selama pemerintahan Raja Kutai ke-17 ini kerajaan terus bergolak karena terjadi peperangan dengan Belanda.
Jiwa patriotis yang telah mengakar dalam diri Sultan Aji Muhammad Salehuddin membuat pihak kerajaan selalu berseteru dengan kolonial Belanda dan akhirnya jatuh sakit dan wafat pada 1 Juli 1845 atau setelah kurang lebih sembilan bulan menandatangani perjanjian dengan belanda pada 11 Oktober 1844.
Pengganti Sultan Aji Muhammad Salehuddin adalah puteranya bernama Aji Muhammad Sulaiman yang naik tahta pada 1850 atau setelah masa Dewan Perwalian (1845-1850) karena pada waktu itu putera mahkota selaku pewaris tahta masih belum dewasa. (bersambung) (Ditulis dari nara sumber HAB Abdur Rachim bergelar Pangeran Ratu Kesuma/tim humas/sul/es/hmsprov)
23 Mei 2014 Jam 00:00:00
Kearsipan
17 Mei 2014 Jam 00:00:00
Kearsipan
25 Maret 2016 Jam 00:00:00
Kearsipan
11 Desember 2015 Jam 00:00:00
Kearsipan
27 Februari 2014 Jam 00:00:00
Kearsipan
09 Oktober 2013 Jam 00:00:00
Kearsipan
02 Oktober 2023 Jam 22:37:43
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:33:50
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
02 Oktober 2023 Jam 22:31:41
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:23:12
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:19:56
Gubernur Kaltim
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
05 Mei 2022 Jam 18:19:59
Ibu Kota Negara
27 Januari 2019 Jam 21:16:42
Kelautan dan Perikanan
17 Juli 2019 Jam 13:50:03
Ketetapan Pemerintah
09 Juli 2020 Jam 21:00:28
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
26 Mei 2016 Jam 00:00:00
Pendidikan
06 Januari 2015 Jam 00:00:00
Perkebunan