Kalimantan Timur
Bedah Buku Politik Ambivalensi


SAMARINDA--Bedah buku Politik Ambivalensi yang diselenggarakan oleh Awang Faroek Institute serta beberapa perguruan tinggi di Kaltim banyak mendapat kritikan dari berbagai kalangan, pasalnya  isi  buku yang ditulis Dr Guno Tri Tjahjoko, MA  masih  perlu direvisi, karena fakta yang ada tidak sesuai apa yang ada dalam isi buku tersebut.

Hal itu terungkap pada saat sisi tanya jawa,  para audensi  dari berbagai kalangan tersebut menyatakan buku politik Ambivalensi sebelum diterbitkan seharusnya dilakukan bedah buku dan klarifikasi baik mengenai data, bahasa  maupun isi lainnya, sehingga tidak menimbulkan persepsi  dari para pembaca.

Penulisan buku Politik Ambivalensi masih  banyak kelemahannya, seperti  sember data yang banyak diambil dari internet maupun  media cetak, sehingga keakuratan data tersebut tidak valid, seharusnya data-data yang diambil dan ditulis harus bersumber dari lembaga yang berkompeten, sehingga data tersebut benar-benar bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.

"Oleh karena itu, kami minta agar buku Politik Ambivalensi bisa direvisi ulang, kalau perlu ditarik lembali dari  peredaran," tegas Aras dari praktisi Untag Samarinda. yang disambut aplaus dari seluruh peserta.

Penanggapi kritikan dari berbagai kalangan tersebut Guno Tri Tjahjoko mengakui semua apa yang disampaikan, karena penulisan buku Politik Ambavalensi motifnya dalam rangka untuk menemukan pembaruan lokal di Kaltim, seperti menemukan mutiara yang berada di lautan pasifik yang sebelumnya tidak tahu, tetapi setelah tahu dan digosok baru diketahui bahwa itu adalah mutiara.

"Segi positifnya adalah dari Kaltim ada mutiara yang indah yang bisa memberikan kontribusi baik nasional maupun internasional, itulah pengungkapan dari isi buku ini, walaupun demikian semua kritikan yang disampaikan akan kami terima untuk perbaikan-perbaikan buku ini," katanya.

Acara bedah buku Politik Ambivalensi dihadiri   Awang Faroek Ishak sebagai obyek dalam  penulisan buku tersebut. Panitia penyelenggara juga menghadirkan  akademisi  dan berbagai kalangan yaitu  Direktur Pusat Kajian  Anti Korupsi  dari  UGM  Dr Zainal Arifin Muchtar, tokoh Kaltim Djafar Siddik, Guru besar Fakultas Ilmu Budaya UGM Prof Dr Heddy Shri Ahimsa Putra. Dekan Fisifol Unmul Muhammad Noor. Dekan Fisifol Universitas Muhammadiya. Dekan Fisipol  Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda Djumar Suwito. Daddy Ruchiyat dari Awang Faroek Institute.(mar/humasprov

Berita Terkait
Government Public Relation