Kalimantan Timur
BKPP akan Laksanakan Revolusi Pangan Alternatif

 

SAMARINDA - Kaltim memiliki sumber pangan  non beras yang cukup besar, namun hal itu belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh   karena itu masyarakat didorong untuk tidak selalu mengkonsumsi beras (nasi), tetapi juga mengkonsumsi sumber makanan yang lain.            

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh (BKPP) Kaltim Ir Fuad Asaddin  menjelaskan saat ini khususnya di Samarinda, banyak yang menjual singkong dan keberadaanya tersebut  bisa menjadi pilihan kepada masyarakat untuk tidak sekedar makan nasi, tetapi juga  mengkomsumsi makanan non beras,  dengan  begitu diharapkan  tekanan terhadap kebutuhnan beras bisa menurun.  

Keragaman  pangan akan memenuhi kebutuhan pangan protein, vitamin dan mineral.  

"Dengan melaksanakan revolusi pangan alternatif, nanti kita mencoba agar kebutuhan beras bisa turun, sementara kebutuhan pangan lain semakin meningkat, sehingga bukan saja baik bagi kesehatan, tetapi juga menguntungkan dari sisi lapangan usaha maupun lapangan pekerjaan, karena meningkatnya kebutuhan-kebutuhan non beras lainnya," Fuad Asaddin.     

Ditambahkan,  potensi kebutuhan non beras di Kaltim sangat  besar  seperti dari  singkong, umbi-umbian, jagung, sagu dan kebutuhan lainnya, potensi non beras tersebut dari dulu sudah dikonsumsi tetapi sekarang masyarakat  tidak melanjutkan, tetapi sekarang sangat perlu dilanjutkan untuk mengkonsumsi non beras.

"Oleh karena itu, dengan pelaksanaan revolusi  pangan  alternatif,   yang  rencananya akan kita laksanakan pada minggu kedua Oktober mendatang, bisa memberikan solusi dan masukan-masukan untuk mendorong masyarakat bisa  mengkonsumsi non beras," ujarnya.

Pada pelaksanaan revolusi pangan alternatif mendatang, nanti juga ada pernyataan dari gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak seperti "One Day No Rice" ataupun Food Withaout Rice, karena sekarang ini ada kecenderungan masyarakat mengkonsumsi beras semakin meningkat, dan ini sangat memprihantinkan karena kalau terlalu banyak mengkonsumsi beras tentu tidak baik bagi kesehatan, ini yang coba kita sosialisasikan kepada masyarakat," kata Fuad.  

Dalam kegiatan tersebut, lanjut Fuad juga ada kegiatan-kegiatan lain seperti promosi maupun kegiatan kuliner non beras, ini sebagai upaya memotivasi masyarakat  untuk tidak selalu mengkonsumi nasi saja, tetapi juga bisa dilakukan dengan sumber pangan  lainnya.

Selain itu ada  kegiatan sarapan sebelum jam 09.00 yang berasal dari non beras, melalui kegiatan itu masyarakat bisa termotivasi melakukan hal yang sama. 

Fuad  mengakui  masalah pangan sangat terkait dengan budaya dan lingkungan, dimana masyarakat Kaltim konsumsi pangangannya tentu berbeda dengan masyarakat Papua, tetapi sekarang masyarakat tahu bahwa pangan itu hanya beras dan hal itu harus bisa diubah karena masih banyak pangan alternatif lainya.

"Maka dari itu melalui revolusi pangan alternatif, kita akan mencoba mensosialisasikan dengan menggerakkan semua secara cepat, melalui pakar dari nara sumber tentu akan diketahui apa-apa yang yang harus dilakukan untuk mengubah mindset masyarakat untuk tidak terus menerus mengkonsumsi beras, tetapi juga kebutuhan pangan lainnya," ujarnya. (mar/sul/humasprov)

Berita Terkait
Government Public Relation