SAMARINDA - Untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit hewan diperlukan pengawasan dan peningkatan pemeriksaan serta biosekuriti dalam lalu lintas hewan ternak.
Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan, khususnya terkait penyakit hewan menular strategis (PHMS) untuk mencegah risiko munculnya penyakit.
Potensi penularan PHMS diakui Kepala Dinas Peternakan Kaltim H Dadang Sudarya bahwa ternak luar yang masuk ke Kaltim belum bebas dari Brucellosis dan Anthraks.
Menurut dia, biosekuriti merupakan praktik manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus dalam menyerang hewan dan manusia.
“Kegiatan di lapangan itu rumit serta memerlukan koordinasi otoritas kewenangan antara pusat dan daerah. Belum lagi perbedaan pijakan peraturan tentang lalu lintas ternak,” katanya pada Rapat Koordinasi Penyakit Hewan Menular Strategis di Samarinda, Rabu (3/8).
Pengawasan lalu lintas hewan ternak sangat kompleks, ujarnya. Tidak hanya teknis keluar masuk hewan ternak. Namun terkait perbedaan peraturan di masing-masing daerah.
“Karena itu, peran pusat sangat penting untuk mengatasi perbedaan peraturan ini,” harapnya.
Dia menambahkan koordinasi antardaerah perlu dilakukan agar diperoleh kesepakatan yang efektif terkait informasi tentang penyakit hewan menular di daerah masing masing.
Keterlibatan lintas instansi daerah maupun pusat sangat penting dan dominan untuk mengatasi berbagai masalah dalam penanganan kesehatan hewan ternak (sapi, kambing, domba maupun ternak ungas).
Keterlibatan pemerintah daerah menjadi suatu keharusan seiring keterbukaan pasar dengan kedatangan hewan ternak tanpa melalui pemeriksaan kesehatan.
“Tidak dipungkiri kalau ternak asal luar daerah belum bebas dari penyakit menular, sementara Kaltim masih membutuhkan pasokan produk protein hewani cukup besar,” ujarnya.
Sementara pasokan protein hewani dalam daerah belum seimbang dengan kebutuhan, sehingga pemasukan hewan ternak luar Kaltim tidak terhindarkan.
Kebutuhan konsumsi protein hewani (daging) sebesar 70.801,3 ton dan telur 25.567,41 ton. Sedangkan produksi daging Kaltim sebesar 68.557,2 ton dan telur 19.807,82 ton.
Perbandingan antara kebutuhan dan produksi sangat berpotensi menimbulkan sejumlah masalah. Diantaranya, penularan penyakit hewan menular strategis seperti flu burung (AI), anthraks serta brucelosis.
“Kaltim termasuk bebas dari penyakit brucellosis dan anthraks. Sementara untuk flu burung di daerah kita masih tergolong rendah,” sebutnya. (yans/sul/humasprov)
03 Oktober 2019 Jam 07:53:43
Peternakan
11 Juli 2020 Jam 00:48:14
Peternakan
21 Mei 2013 Jam 00:00:00
Peternakan
04 April 2019 Jam 09:34:09
Peternakan
31 Desember 2013 Jam 00:00:00
Peternakan
19 Mei 2022 Jam 21:42:15
Peternakan
27 September 2023 Jam 16:41:53
Gubernur Kaltim
27 September 2023 Jam 16:38:35
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
27 September 2023 Jam 16:34:52
Gubernur Kaltim
27 September 2023 Jam 16:29:55
Gubernur Kaltim
27 September 2023 Jam 16:26:49
Gubernur Kaltim
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
05 Mei 2022 Jam 18:19:59
Ibu Kota Negara
19 November 2017 Jam 23:38:07
Kependudukan dan Catatan Sipil
30 Januari 2020 Jam 08:42:23
Kepemudaan dan Olahraga
14 Februari 2018 Jam 20:10:56
Kegiatan Pemerintah
22 Juli 2022 Jam 06:33:24
Kegiatan Silaturahmi
10 Maret 2022 Jam 23:25:59
Sumber Daya Manusia