Kalimantan Timur
Fokus Pada Penguatan Daya Saing Daerah

Kemajuan Ekonomi Makro Kaltim Signifikan


SAMARINDA – Dalam kurun waktu lima tahun pelaksanaan RPJMD Kaltim 2009-2013 di bawah kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak dan Wakil Gubernur Farid Wadjdy, kinerja pembangunan Kaltim dilihat dari indikator ekonomi makro mengalami kemajuan signifikan.
Indikator ekonomi makro dimaksud diantaranya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kaltim pada 2012 yang mencapai Rp419,10 triliun, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu Rp390,63 triliun (2011), Rp321,90 triliun (2010) dan Rp285,59 triliun pada 2009.
Selanjutnya, untuk laju pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan peningkatan meskipun masih fluktuatif. Pada 2012 laju pertumbuhan ekonomi Kaltim sekitar 3,98 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan 0,05 persen dari laju pertumbuhan ekonomi pada 2011 (3,93 persen).
Sedangkan pada 2010 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04 persen, sangat tinggi jika dibanding pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2009, yakni  2,28 persen.
Indikator lainnya adalah pendapatan perkapita penduduk Kaltim. Pada 2012 pendapatan perkapita penduduk Kaltim sebesar Rp59,89 juta/tahun. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun dalam pelaksanaan RPJMD Kaltim 2009-2013. Pada 2009 pendapatan perkapita penduduk Kaltim mencapai Rp32,1 juta/tahun, selanjutnya Rp35,1 juta/tahun (2010) dan Rp41,3 juta/tahun (2011).
Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan kondisi ekonomi terus meningkat dan membaik, namun demikian struktur ekonomi masih belum solid. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, rendahnya produktivitas, efisiensi dan daya saing serta masih terpusatnya kegiatan ekonomi.
“Untuk itu ke depan kita akan fokus pada penguatan daya saing ekonomi daerah. Pemprov tidak menitikberatkan semata-mata pada peningkatan produksi pertanian dan eksploitasi sumber daya alam melainkan juga mendorong efisiensi produksi dan hilirisasi produk, karena daya saing hanya dapat dicapai dengan penciptaan agroindustri/agribisnis dan penciptaan sektor jasa yang terkait dengan agribisnis tersebut,” ujar Awang Faroek di Samarinda, belum lama ini.
Awang Faroek menginginkan perencanaan pembangunan lebih ditekankan pada beberapa hal, yaitu peningkatan keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan berdaya saing. Peningkatan keterkaitan pembangunan ekonomi antar wilayah melalui pengembangan agribisnis/agroindustri dalam arti luas, industrialisasi pertanian, industri manufaktur, jasa, dan pariwisata.
Hal itu juga harus diiringi dengan pengembangan dunia usaha dan  investasi, penyediaan infrastruktur wilayah yang andal, instrumen birokrasi yang efisien dan ketersediaan SDM yang berkualitas, dan harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Diakui, meskipun PDRB Kaltim terus meningkat setiap tahun, namun relatif berfluktuatif dan tidak memberikan dampak signifikan terhadap penurunan kemiskinan dan pengangguran.
“Untuk mengurangi ketergantungan terhadap SDA tak terbarukan dan meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan SDA yang tidak menerapkan good business practices, kita akan terus berusaha untuk mencari dan mengoptimalkan potensi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” jelas Awang Faroek. (her/hmsprov)

///Foto : Awang Faroek Ishak


 

Berita Terkait
Government Public Relation