Kalimantan Timur
Hemat Anggaran untuk Pengadaan Koleksi Buku

Perpusda Gunakan Sistem e-Book Atasi Keterbatasan Ruang Koleksi


SAMARINDA–Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kaltim akan melakukan perubahan sistem pelayanan konvensional kearah digitalisasi. Misalnya, koleksi tercetak (buku) akan dibuat pelayanan buku elektronik atau e-Book (elektronik buku).
“Ada pemikiran menambah ruang atau merelokasi gedung perpustakaan sehingga ruang penyimpanan koleksinya dapat lebih banyak. Namun, untuk mengantisipasi sementara perlu dilakukan dengan mengurangi koleksi tercetak,” kata Kepala Perpusda Kaltim, Hj Sri Sulasmi Retno Wijayanti, didampingi Kepala Bidang Informasi dan Otomasi Layanan, Taufik, Senin (13/5).
Menurut dia, tahun depan mulai dilakukan upaya memecahkan permasalahan menumpuknya koleksi tercetak dengan mengadakan koleksi elektronik. Koleksi digital ini sifatnya masih ujicoba khususnya berkaitan minat pemustaka.
Sebab, sambung dia, kebanyakan e-Book yang dipasarkan menggunakan bahasa asing atau Bahasa Inggris. Sehingga ini akan berpengaruh pada pengunjung (pemustaka) yang ingin memperoleh bahan bacaan melalui sistem digital tersebut.
Kebijakan mengurangi koleksi tercetak yang diarahkan pada koleksi digitalisasi mengingat ruang koleksi sangat terbatas. Sedangkan setiap tahunnya Perpusda melakukan penambahan koleksi mencapai 1.500 judul buku.
Kendala atau permasalahan yang dihadapi Perpusda yakni bertambahnya koleksi buku namun tidak dibarengi dengan perluasan ataupun penambahan ruang koleksi, sehingga kesulitan untuk melakukan penambahan koleksi.
Saat ini saja, ujarnya, jumlah koleksi di Perpusda milik Pemprov Kaltim ini sudah mencapai 75.000 judul buku dari berbagai disiplin ilmu, termasuk koleksi CD/VCD serta edutainment dan terbitan berkala berupa surat kabar, tabloid maupun majalah.
“Penggunaan ruangan di gedung perpustakaan ini sudah sangat maksimal, sehingga Gubernur Awang Faroek Ishak sudah mengisyaratkan agar segera dilakukan pembangunan gedung baru yang lebih representatif,  sama seperti gedung perpustakaan di luar negeri,” jelasnya.
Selain itu, dalam system e-Book dapat dilakukan efisiensi penggunaan anggaran untuk pengadaan koleksi buku. Misalnya dari sisi harga untuk 2.000 judul e-Book hanya diperlukan Rp75 juta namun buku konvensional (tercetak) diperlukan anggaran sebesar Rp500 juta.
“Kelebihan atau keunggulan e-Book dari segi ketajaman gambar dan teks lebih bagus serta mudah dan cepat, namun untuk mengaksesnya maka masyarakat (pemustaka) haruslah memiliki komputer atau laptop,” ungkapnya.
Ditambahkan, perpustakaan perlu melakukan perubahan melalui pendekatan teknologi informasi terhadap layanan khususnya koleksi. Jika tidak maka dikhawatirkan akan ditinggalkan masyarakat, padahal pola itu agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi itu sesuai eranya. (yans/hmsprov).


 

Berita Terkait
Government Public Relation