Kalimantan Timur
Kaltim Laksanakan Gerakan Tanam Cabe Musim Kemarau

Menyiasati Terjadinya Inflasi karena Tingginya Harga Cabe

 

 SAMARINDA–Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispertan) Kaltim H Ibrahim mengungkapkan potensi pertanian tanaman hortikultura Kaltim mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat, khususnya melalui Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, dengan mendapatkan alokasi anggaran untuk pengembangan cabe dan bawang merah.

“Baik cabe maupun bawang merah merupakan komoditi pertanian penyumbang inflasi. Untuk itu, pemerintah pusat secara serius menyikapi ini dan memberikan perhatian lebih untuk pengembangan cabe dan bawang merah di Kaltim yang ternyata sangat potensial,” ungkap Ibrahim akhir pekan lalu.

Ibrahim mengatakan, untuk cabe saat ini sudah berkembang di Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara (PPU), dan kedepan kita akan coba menggenjot daerah lainnya untuk pengembangan cabe. Khususnya kabupaten yang wilayahnya berdekatan dengan perkotaan. Sedangkan untuk bawang merah saat ini berkembang di Berau dan Paser.

“Sekarang tinggal kita mendorong petani untuk lebih mengambil peluang yang ada, karena berapapun kemampuan Kaltim akan dipenuhi, setelah itu baru diberikan ke daerah lain di Indonesia. Apalagi Kaltim diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru untuk hortikultura di Indonesia. Jadi, kabupaten hendaknya dapat memanfaatkan kegiatan ini,” katanya.

Ibrahim menyampaikan sesuai arahan Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman Obat, Ani Andayani, pada pertemuan dengan jajaran Dinas Pertanian kabupaten/kota se-Kaltim dan Kaltara, untuk menyiasati terjadinya inflasi yang dipengaruhi ketersediaan dan harga cabe di Kaltim, maka akan dilaksanakan Gerakan Tanam Cabe Musim Kemarau (GTCK).

“Ini untuk mencapai suatu yang ideal, yakni sepanjang tahun ketersediaan cabe itu ada,” ucap Ibrahim.

Selama ini, lanjut dia, keberadaaan cabe tergantung musim, yaitu musim kemarau tidak bisa tanam dan musim hujan banyak penyakit. Sehingga ada bulan-bulan tertentu, khususnya pada Juli, Agustus dan September dimana musim kering, petani tidak menanam cabe yang mengakibatkan pada Oktober, November dan Desember stok kosong dan harga mahal.

“Cabe melimpah akibat dari penanaman di awal musim hujan, sehingga ketersediaannya banyak dan harga jatuh pada Juni, Juli dan Agustus. Sedangkan di bulan-bulan sekarang harga mahal,” lanjutnya. 

Untuk itu, pemerintah pusat siap memfasilitasi penanaman cabe di musim kering dengan pengairan, rain shelter (pelindung hujan) agar bisa terhindar dari OPT (organisme pengganggu tanaman), sehingga dengan banyakanya petani menanam di musim kering maka pada musim hujan stok cabe tersedia dan cukup.

“Pola ini hanya dikembangkan di wilayah yang harga cabenya selalu tinggi. Kalimantan, khususnya Kaltim menjadi daerah yang tingkat inflasinya dipengaruhi harga cabe. Ini juga dikembangkan di NTB, NTT, Riau dan Sumatera Selatan,” urainya.

Ibrahim menambahkan, pemerintah sangat berharap Kaltim akan menjadi harapan bagi Indonesia. Karena, petaninya sangat antusias didukung dengan pasar yang cukup luas, yakni tidak hanya di Kaltim dan Indonesia Timur tetapi juga bisa dipasarkan ke negara lainnya.

“Apalagi pemerintah daerah juga konsisten dalam membantu petani untuk lebih maju dan meningkatkan kesejahteraannya. Kita akan berupaya memaksimalkan sumber air yang ada dengan memfasilitasi agar dapat sampai ke lokasi atau lahan pertanian, sehingga GTCK ini dapat terealisasi,” pungkasnya. (her/sul/hmsprov)

//Foto: Wagub Kaltim HM Mukmin Faisyal menyerahkan bibit cabe. (dok/humasprov kaltim).

Berita Terkait
Government Public Relation