Kalimantan Timur
Kaltim Tidak Terpengaruh

* Soal Larangan Impor Produk Hortikultura

 

SAMARINDA-Kaltim tidak terpengaruh terhadap larangan impor produk hortikultura oleh Kementerian Pertanian untuk enam bulan ke depan (Januari – Juni 2013). Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, H Ibrahim ketika diminta pendapatnya tentang larangan impor ini, Selasa (5/2).

Pemerintah melakukan pelarangan impor  terhadap 13 jenis produk hortikultura dengan batas waktu enam bulan ke depan. Jika menguntungkan bagi petani dan tidak berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, maka larangan ini kemungkinan dapat dilanjutkan.

Ke-13 produk hortikultura tersebut dari kelompok buah-buahan adalah durian, nanas, melon, pisang, mangga dan pepaya. Selain itu juga diberlakukan larangan untuk produk sayuran kentang, kubis, wortel, cabe. Begitu pun untuk produk hortikultura jenis bunga-bungaan yaitu bunga krisan, anggrek dan bunga heliconia.

“Kaltim tidak terpengaruh terhadap larangan impor tersebut karena memang pangsa pasarnya kecil. Apalagi, beberapa jenis buah dan sayur tersebut banyak dihasilkan  di Pulau Jawa dan sebagian kecil di Kaltim, contohnya cabe, papaya, melon dan nanas,” ujarnya.

Dijelaskan Ibrahim, larangan impor produk hortikultura ini sangat membantu pemasaran produk-produk petani karena akan memiliki pasar penjualan yang lebih luas di masyarakat. 

Dicontohkannya, buah nanas, pepaya dan melon telah dapat diproduksi di Kaltim, bahkan pepaya mini dan nanas Balikpapan telah dikirim ke luar Kaltim sebagai produk unggulan.

Untuk sayuran jenis kentang, kubis dan wortel memang belum dibudidayakan di Kaltim karena terkendala iklim  dan ketinggian. Tetapi sayuran tersebut banyak di produksi di sentra-sentara perkebunan di Pulau Jawa dan pengirimannya selalu rutin dilakukan.

Untuk cabe, petani di Kaltim telah mengembangkannya walaupun tidak dalam skala besar. Ini yang menyebabkan cabe sering kosong di pasaran dan harus dikirim dari provinsi lain. 

Cabe yang termasuk dalam golongan bumbu-bumbuan ini sering menjadi komponen pembentuk inflasi daerah karena stok yang jumlahnya sedikit akan berdampak pada harganya yang terus naik.

“Jadi tidak ada masalah terhadap larangan impor produk hortikultura ini bagi Kaltim. Untuk cabe yang sering kosong di pasaran dapat disikapi dengan gerakan menanam cabe dalam pot untuk mengisi pekarangan-pekarangan yang kosong di tiap rumah tangga,” ujarnya. (yul/hmsprov)

Berita Terkait
Government Public Relation