Kalimantan Timur
Kesehatan Hewan Syarat Utama Mewujudkan PSDSK

SAMARINDA – Status kesehatan hewan (Keswan) yang optimal merupakan prasyarat dalam upaya pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK). Karenanya, peningkatan pelayanan Keswan modern, maju dan efektif serta efesien terus diupayakan.
“Salah satu capaian yang signifikan dalam mendukung PSDSK di daerah yakni bebasnya Kaltim dari penyakit Brucellosis (penyakit ternak menular yang bersifat zoonosa),” kata Kepala Bidang Keswan Edith Hendartie saat mewakili Kepala Dinas Peternakan Kaltim pada Pelatihan Penanganan Reproduksi Ternak di Ruang Rapat Disnak Kaltim, Selasa (7/5).
Saat ini untuk pelayanan kesehatan hewan, telah terbentuk 14 unit Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) di sepuluh kabupaten/kota di Kaltim. Masing-masing Paser dua unit di Kecamatan Long Ikis dan Petangis, Bulungan di Kecamatan Panca Agung dan Gunung Putih.
Kabupaten Berau di Kecamatan Tanjung Redep dan Biatan serta Kutai Timur di Kecamatan Kongbeng dan Sangatta serta Kutai Barat di Kecamatan Bongan, Samarinda serta Balikpapan dan Nunukan, Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara masing-masing satu unit.
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) pada ternak besar (Sapi Bali) yakni penyakit Jembrana. Sesuai komitmen pembangunan peternakan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, maka perlu dilakukan antisipasi/pemberantasan terhadap penyakit hewan menular.
Komitmen pemberantasan penyakit Jembrana melalui optimalisasi dan cakupan vaksinasi pada ternak lokal atau Sapi Bali. Sehingga pada tahun ini telah dialokasikan vaksin Jembrana sebanyak 101.750 dosis.
Selain itu, Disnak Kaltim telah melakukan kerjasama dengan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Airlangga untuk operasional penanganan gangguan reproduksi bagi sapi khususnya Sapi Brahman Cross di Kabupaten Penajam Paser Utara.
“Penjaminan terhadap kesehatan reproduksi (medic reproduksi) dilakukan melalui penanganan ganguan reproduksi. Misalnya, pemeriksaan status reproduksi, pengobatan dan terapi hormonal serta pelayanan kebidanan,” jelasnya.
 Ditambahkan, guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta keterampilan petugas medic reproduksi khususnya dalam memberikan pelayanan kebidanan seperti distokia (kesulitan melahirkan), maka dalam pelatihan kali ini dilakukan praktek bedah caesar.
Pelatihan penanganan reproduksi ternak diikuti 50 petugas kesehatan hewan dari kabupaten dan kota se-Kaltim. Narasumber pelatihan staf Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Keswan serta staf Dinas Pertanian dan Peternakan Kebupaten Lombok Timur.(yans/hmsprov).

/////Foto : Kesehatan hewan menjadi salah satu fokus Kaltim untuk menghindari berbagai serangan penyakit sehingga menghasilkan produk daging berkualitas.(dok/humasprov kaltim)
 

Berita Terkait
Government Public Relation