SAMARINDA – Keberadaan tenaga penyuluh saat ini identik dengan kemampuannya pada kegiatan tanaman pangan, padahal pertanian meliputi kehutanan, perkebunan dan perikanan karenanya banyak tenaga pendamping petani/nelayan belum memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.
“Selain jumlahnya sedikit, kompetensinya masih terbatas pada tanaman pangan, padahal pertanian meliputi perkebunan, perikanan dan kehutanan,” kata Kepala BKPP Kaltim H Fuad Asadin saat membuka Diklat teknis agribisnis tanaman pangan dan Kedelai bagi non aparatur serta Diklat teknis tanaman Kakao dan tanaman pangan bagi aparatur di Aula UPTB Bapeltan Sempaja Samarinda, Minggu (24/2).
Menurut dia, penyuluh lapang baik THL-TBPP (honorer), swadaya maupun PNS akan terus ditingkatkan pengetahuan, wawasan serta keterampilan dan kemampuannya terhadap kegiatan penyuluhan pertanian (perkebunan, tanaman pangan, perikanan maupun kehutanan).
Karenanya, BKPP Kaltim melalui UPTB Bapeltan secara intensif melakukan pendidikan dan pelatihan pertanian bagi penyuluh dan petani. Walaupun selama ini penempatan penyuluh lapang disesuaikan dengan potensi dan sentra pengembangan pertanian di suatu daerah.
Saat ini terdapat 855 penyuluh lapang pertanian dari jumlah 1.437 desa. Yakni, penyuluh PNS 741 orang, penyuluh perikanan 80 orang dan penyuluh Kehutanan 34 orang. Sedangkan masih dibutuhkan 582 orang untuk formasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.
“Penyuluh lapang merupakan ujung tombak serta agen pembangunan sekaligus mitra petani guna mencapai suksesnya program pertanian dalam arti luas di Kaltim. Sehingga peningaktan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan dapat diwujudkan,” ungkap Fuad Asadin.
Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Sempaja Samarinda Hj Noor Hartati mengemukakan pendidikan dan pelatihan agribisnis bagi non aparatur (petani) lebih ditekankan pada pengolahan umbi-umbian.
“Umbi-umbian saat ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Karenanya, petani kembali menanam singkong. Bahkan komoditi ini dapat diolah menjadi beras Musi (Mutiara Singkong) seperti dilakukan kelompok tani di Penajam Paser Utara,” ujar Noor Hartati.
Diklat teknis agribisnis tanaman pangan dan Kedelai bagi non aparatur (petani) serta Diklat teknis tanaman Kakao dan tanaman pangan bagi aparatur (penyuluh) kerjasama UPTB Bapeltan Sempaja Samarinda dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang Kalimantan Selatan dan diikuti 120 peserta dari kabupaten/kota dilaksanakan selama enam hari sejak 24 Februari – 2 Maret 2013.(yans/hmsprov).
01 Desember 2019 Jam 11:31:34
Pertanian dan Ketahanan Pangan
24 Agustus 2016 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
16 Mei 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 Maret 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 November 2018 Jam 18:47:34
Pertanian dan Ketahanan Pangan
03 Maret 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
31 Januari 2023 Jam 22:28:31
Sumber Daya Manusia
30 Januari 2023 Jam 22:26:01
Informasi dan Komunikasi
30 Januari 2023 Jam 22:23:44
Info Reformasi Birokrasi
30 Januari 2023 Jam 22:17:36
Wakil Gubernur Kaltim
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
26 Oktober 2018 Jam 08:10:25
Produk K-UKM
22 September 2016 Jam 00:00:00
Sosial
17 Februari 2022 Jam 06:16:19
Kegiatan Pemerintah
07 Oktober 2016 Jam 00:00:00
Korpri
11 November 2013 Jam 00:00:00
Kesehatan
27 Februari 2019 Jam 20:35:44
Pemerintahan