Kalimantan Timur
Kualitas Penulis Cerita Rakyat Perlu Terus Dikembangkan

SAMARINDA - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim, HM Aswin memberikan  apresiasi kepada para penulis muda dari kalangan pelajar. Pengalaman ini perlu terus dikembangkan agar menghasilkan karya-karya lebih baik dan layak untuk dibukukan.
Hal ini dikatakan Aswin usai memberikan hadiah dan penghargaan kepada para pemenang Lomba Menulis Cerita Rakyat yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim, Rabu pekan lalu (23/5).
Juara pertama diraih Khusnul Khotimah dan juara dua oleh Indah Senthia yang sama-sama berasal dari Kabupaten  Paser. Sedangkan juara ketiga oleh Andri Pratama dari Kabupaten Nunukan.
Sementara juara harapan satu diraih Vingki Muliana Husain dari Nunukan, juara harapan dua direbut Beatrix Miftahul Jannah dari Paser dan harapan tiga diraih Julian Dari, asal Kabupaten Malinau.
Aswin mengatakan partisipasi para pelajar dalam mengembangakan dan memelihara budaya lokal, sudah cukup baik khususnya mendokumentasikan cerita  yang berkembang di masyarakat dengan alur yang lebih menarik untuk dibaca.
"Karya yang dihasilkan oleh para pemenang layak untuk dibukukan dan dicetak dalam sebuah buku. Buku ini nantinya  dapat disebarkan ke sekolah-sekolah dan masyarakat agar kearifan lokal yang dimiliki Kaltim diketahui oleh generasi mendatang," ujar Aswin.
Diharapkan, para penulis cerita rakyat Kaltim diminta untuk meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan karya-karya lain yang berlatarbelakang seni, sejarah dan budaya masyarakat Kaltim secara umum.
Para pemenang selain mendapatkan piagam dan uang pembinaan juga akan mendapatkan hak cipta atas karya mereka ketika cerita yang mereka tulis dikumpulkan dalam sebuah buku.
Sementara itu, Kepala Bidang Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF), H Anwar menjelaskan lomba penulisan cerita rakyat ini diperuntukan bagi siswa tingkat atas yang diikuti oleh lebih dari 20 penulis cerita dari enam kabupaten/kota di Kaltim.
Sedangkan cerita yang ditulis adalah cerita rakyat yang memiliki latar dan akar cerita yang berkembang di lingkungan masyarakat setempat, sehingga inti cerita tidak mengalami perubahan.
"Jadi peserta tidak boleh membuat cerita fiktif saja tetapi berdasarkan cerita yang berkembang di lingkungan sekitar penulis. Dari cerita itulah penulis mengembangkan dan menulis ulang dengan alur cerita yang lebih menarik," jelasnya. (yul/hmsprov).
 

Berita Terkait
Government Public Relation