Menuai Padi Organik Saat Kemarau
Pada awal November 2015, sejumlah petani di Desa Tanjung Batoq, Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara nampak bersemangat menuai padi yang mulai menua, setelah ditanam tiga bulan lalu di atas lahan dengan kedalaman air semata kaki orang dewasa.
Benih yang ditanam memang padi sawah jenis IR yang usia tanamnya mencapai 100 hari. Namun kali ini penanaman padi tersebut ditanam pada lahan bukan sawah. Jadi jangan berharap ada pematang di lahan tersebut, sebab yang ada hanya hamparan luas sepanjang mata memandang.
Wajar saja, karena lahan atau kawasan basah yang ditanami padi itu, sebelumnya adalah danau dengan kedalaman antara dua meter hingga 10 meter, namun mengering akibat kemarau panjang sejak lima bulan terakhir.
Akibat kemarau panjang, membuat permukaan air di kawasan Danau Melintang terus menurun akibat debet air yang menyusut. Kondisi itu membuat warga yang tinggal di sekitar danau yang selama ini bergantung sebagai nelayan harus kehilangan mata pencarian.
Danau yang selama ini menjadi tumpuan harapan, terus mengering. Namun dibalik musibah yang ditimpakan pada manusia pasti ada hikmahnya. Itulah yang dirasakan dan diyakini warga setempat.
Walaupun danau mengering dan nelayan sementara kehilangan pekerjaan, namun dibalik itu ternyata ada cara lain untuk mencari sumber pendapatan lain pada lahan yang sama.
Warga setempat berinisiatif menanami danau yang terus mengering dengan padi, sebagaimana layaknya menanam padi di sawah. Kebiasaan itu sudah dilakukan setiap tahun, sejak 1982 ketika musim kemarau tiba.
Kepala Adat Kutai Tanjung Batoq, Rusmani mengatakan, kebiasaan warga menanam padi saat kemarau, sudah dijalani sejak daerah itu mengalami kemarau panjang pada 1982.
Selanjutnya setiap musim kemarau tiba, warga setempat yang biasanya bekerja sebagai nelayan, beralih profesi sebagai petani. Bedanya petani di daerah ini dapat membuka lahan seluas mungkin. Hal itu terjadi karena hamparan danau yang kering memang sangat luas.
“Rata-rata kita menggarap lahan tidak terlalu luas, antara setengah hektare hingga dua hektare setiap kepala keluarga, sifatnya hanya sementara. Karena pada saat musim hujan air danau akan normal dan kami menjadi nelayan lagi,” kata Rusmani.
Karena bersifat sementara, warga yang menanam padi tidak menggunakan pupuk kimia atau konvesional, tetapi ditanam dengan mengandalkan tingkat kesuburan lahan. Hal itu untuk menghindari kemungkinan tercemarnya air danau saat musim penghujan tiba.
Kesadaran tersebut disepakati oleh semua warga yang terlibat, dengan harapan saat danau kembali normal tidak tercemar zat kimia yang berasal dari pupuk konvensional, sehingga tidak berpengaruh terhadap berbagai jenis ikan di kawasan danau tersebut.
“Dengan cara ini, padi yang kami hasilkan adalah padi organik dan berbagai jenis ikan yang selama ini menjadi tumpuan pendapatan kami pada saat air danau normal tidak terganggu akibat tercemar,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Muara Muntai, Nanang Bachtiar yang mengatakan sudah menjadi kebiasan warga setempat memanfaatkan lahan rawa lebak (muncul saat kemarau dan hilang saat hujan).
Dia mengatakan untuk kawasan Danau Melintang luasan lahan yang ditanami mencapai lebih dari 500 hektare pada empat kecamatan di Kutai Kartanegara, yakni Kota Bangun, MuaraWis, Kenohan dan Muara Muntai.
“Umumnya warga setempat menanam padi secara mandiri, termasuk penyediaan benih padi, meskipun ada juga bantuan dari pemerintah untuk memanfaatkan lahan tersebut,” katanya.
Berkaitan dengan penggunaan pupuk konvensional, Nanang mengatakan selama ini penanaman yang berusia sekitar tiga bulan lebih itu dilakukan secara organik, dengan mengandalkan kesuburan lahan.
Hal itu dilakukan untuk menjaga agar kawasan danau tetap alami dan tidak tercemar dengan pupuk kimia dan padi yang dihasilkan adalah padi organik dengan produksi rata-rata mencapai 4,6 ton gabah kering. (eko susanto/sul/hmsprov).
/////Foto : Hamparan sawah di Danau Jempang. Berkah lain di musim kemarau. (fadliansyah)
03 Juni 2018 Jam 19:15:45
Pembangunan
04 April 2016 Jam 00:00:00
Pembangunan
03 Agustus 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
06 Januari 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
19 November 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
26 Januari 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
31 Januari 2023 Jam 22:28:31
Sumber Daya Manusia
30 Januari 2023 Jam 22:26:01
Informasi dan Komunikasi
30 Januari 2023 Jam 22:23:44
Info Reformasi Birokrasi
30 Januari 2023 Jam 22:17:36
Wakil Gubernur Kaltim
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
26 Oktober 2018 Jam 08:10:25
Produk K-UKM
08 Agustus 2019 Jam 05:53:49
Kegiatan Pemerintah
04 Maret 2019 Jam 15:52:17
Pembangunan
08 Juni 2013 Jam 00:00:00
Pembangunan
23 Agustus 2019 Jam 16:15:50
Gubernur Kaltim
15 Maret 2020 Jam 18:30:23
Siaran Pers