"Lai Mahakam memang belum sepopuler durian, namun dimasa depan, potensi buah lai sangat prospektif"
Kaltim sudah sejak lama dikenal sebagai provinsi kaya. Benua Etam memiliki sejarah panjang menjadi daerah penyumbang devisa terbesar bagi negara, bahkan sejak sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Ladang-ladang minyak berkelompok membuat rumpun-rumpun besar bersembunyi di dalam perut bumi Kalimantan Timur, sebagian di daratan dan sebagian besar yang lain menengadah di dalam tanah di bawah laut Selat Makassar. Setelah berpuluh tahun, sekira tahun 70-90an giliran kayu Kaltim jadi primadona. Dan sekarang Kaltim masih melanjutkan aliran devisa negara dari hasil tambang emas hitam, batu bara.
Bukan hanya itu, Kaltim masih menyimpan berjuta kekayaan lainnya, mulai seni budaya, kearifan lokal, keterbukaan masyarakat lokal, sampai soal beragam jenis buah khas yang dipunyai Kaltim. Salah satunya lai. "Saya suka lai," sebut Via Vallen, mengomentari hal yang paling dia suka dari Kaltim.
"Seperti durian tapi bukan durian. Enak banget," kagum pelantun lagu "Selow" itu, beberapa waktu lalu.
Untuk buah lai ini, Kaltim memiliki varitas unggulan bernama "Lai Mahakam". Lai Mahakam, umumnya memiliki berat antara 1,3 kg sampai 1,6 kg. Daging buahnya bertekstur halus, kering, dan tebal serta manis, sebagian besar bijinya kecil-kecil dan mengempis. Awalnya, Lai Mahakam lebih dikenal dengan sebutan Lai Rencong. Dalam bahasa Bugis, rencong berarti lipstik, karena warna buahnya yang kemerah-merahan seperti warna lipstik. Meski namanya sudah berganti menjadi Lai Mahakam, buah ini tetap diburu pembeli saat musim lai.
Baca Juga : Ayo Menanam Pisang dan Porang
Adalah UPTD Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH), unit pelaksana dibawah Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kaltim yang berinovasi menciptakan varietas unggul ini. Berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta Km 40 Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada sekitar tahun 2000, UPTD BBIH mencoba 'mengawinkan' buah lai (durio kutejensis) dengan buah durian (durio zibenthinus). Hasil persilangannya sungguh luar biasa. Saat awal kemunculannya, buah ini lebih banyak disebut dengan Lai Durian atau Lai Rencong, sebelum akhirnya dipromosikan dengan nama baru Lai Mahakam.
UPTD BBIH Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kaltim
Dua tahun setelah persilangan pertama, tepatnya sekitar tahun 2002, tanaman ini kemudian dipromosikan sebagai varietas unggulan. Sampai hari ini, varietas Lai Mahakam terus dibudidayakan dan dikembangkan di UPTD BBIH. Kepala UPTD BBIH Devis Hendra didampingi Penanggungjawab Lingkungan Samsul Hajar dan Penanggungjawab Seksi Pohon Induk, Hermanto menjelaskan, Lai Mahakam berbentuk sangat mirip dengan durian, karena keduanya masih saudara.
"Bedanya, Lai Mahakam durinya tidak tajam. Isi buahnya juga berbeda," terang Devis.
Baca Juga : Wagub Minta Lahan Reklamasi Ditanami Pohon Buah
Sejak ditanam, Lai Mahakam sudah bisa berbuah setelah berumur 5 tahun. Buah yang dihasilkan berkisar 30 biji per pohon. Namun semakin tua usia pohonnya (10 tahun lebih), maka semakin banyak pula buah dihasilkan. "Bisa sampai 50 biji per pohon," sambungnya. Hingga saat ini, pohon induk Lai Mahakam di UPTD BBIH kurang lebih 200 pohon, dan berbuahnya bisa dua kali dalam satu tahun. Ini salah satu kelebihan buah Lai Mahakam bila dibandingkan varietas lainnya, seperti Lai Batuah maupun Lai Kutai, varietas yang sebelumnya telah dibudidayakan UPTD BBIH. Saat ini, produksi Lai Mahakam menyebar ke seluruh wilayah Kaltim, bahkan sampai Provinsi Kaltara dan provinsi lainnya di Indonesia. Meski demikian, bibitnya tetap berasal dari Batuah. Apalagi, masyarakat sekitar Batuah juga sudah bisa membudidayakan dan menjual bibit dan buah Lai Mahakam yang mereka hasilkan.
Ketika belum musim panen, harga Lai Mahakam bisa tembus Rp50 ribu, bahkan lebih. "Saat panen harganya berkisar Rp25 ribu sampai Rp30 ribu," ungkapnya. Buah Lai Mahakam memang belum sepopuler durian, namun di masa depan, potensi buah lai sangat prospektif. Soal pasar, tak perlu diragukan. Masyarakat Kaltim sangat menyukai. "Coba saja, saat membeli lai, yang pertama ditanyakan orang pasti Lai Mahakam," sebut Devis. Dan bukan hanya artis sekelas Via Vallen, Wakil Gubernur Kaltim H Hadi Mulyadi pun termasuk penggila buah lai. "Dari kecil saya sudah suka makan lai. Sangat favorit. Waktu kecil saya suka ambil dari kebun kakek ini," cerita Wagub Hadi saat singgah di kediaman sang kakek di Tenggarong, tahun lalu.
Belakangan, selain pasar lokal, permintaan dari luar negeri pun mulai meninggi. Jadi, jika anda masih memiliki lahan yang luas, tunggu apalagi? Yuk, tanam Lai Mahakam, nikmati segar hijaunya, rasakan lezatnya, dan bawa pulang aliran rupiahnya.
Penulis : Umar
Editor : Samsul Arifin
Tonton Juga:
29 Mei 2023 Jam 19:18:24
Wakil Gubernur Kaltim
29 Mei 2023 Jam 19:15:40
Wakil Gubernur Kaltim
29 Mei 2023 Jam 14:31:31
Wakil Gubernur Kaltim
29 Mei 2023 Jam 10:05:26
Gubernur Kaltim
29 Mei 2023 Jam 09:57:29
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
26 Oktober 2018 Jam 08:10:25
Produk K-UKM
17 Februari 2022 Jam 09:58:19
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
03 April 2013 Jam 00:00:00
Pembangunan
21 Januari 2020 Jam 08:26:16
Perencanaan Pembangunan
15 April 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
16 November 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan