Kalimantan Timur
Lokakarya Implementasi Gerakan Revolusi Mental

SAMARINDA - Revolusi mental menjadi keharusan, gerakan ini harus bisa dilaksanakan dini dan berkesinambungan, yang pada akhirnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Revolusi mental sangat penting, karena kita ingin membangun manusia Indonesia berakhlak, berbudi pekerti dan berperilaku baik. Bangsa kita harus tampil berwibawa karena memiliki peradaban unggul dan mulia," kata Gubernur Kaltim, Dr H Awang Faroek Ishak pada lokakarya implementasi gerakan revolusi mental, yang merupakan rangkaian HUT ke-59 Provinsi Kaltim, di Aula Olah Bebaya Lamin Etam, Selasa (12/1).

Gerakan revolusi mental dapat diwujudkan  sejak dini melalui pendidikan karakter di sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat. Tidak terkecuali di lingkungan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup pemerintahan yang menekankan pada pemahaman nilai cinta tanah air, demokrasi, kesatuan, moral dan nilai kemanusiaan.

Manusia Indonesia harus berkepribadian, berwatak dan berbudi luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan bermoral, cerdas, kuat dan sehat jasmani.

"Manusia Indonesia adalah insan yang berdikari dan bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, serta memiliki kepedulian terhadap sesama makhluk hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun internasional," ujarnya.

Menurut Awang, saat ini permasalahan kehidupan Bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga krisis yaitu, yaitu krisis nilai dan karakter, menjadikan generasi muda tidak bermoral. Kemudian krisis pemerintahan, yakni pemerintah ada tapi seakan tidak hadir dan masyarakat lebih dijadikan sebagi obyek pembangunan. Selanjutnya adalah krisis sosial dengan munculnya gejala intoleransi, individualistis, mementingkan kelompok tertentu dan diri sendiri.

"Karena itu, kini saatnya kita bangkit dan hal itu mau tidak mau harus dilakukan dalam suatu gerakan nasional revolusi mental. Gerakan ini ditujukan untuk seluruh Bangsa Indonesia," kata Awang  Faroek.

Sementara itu Gubenur Instutut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)  Prof DR Ermaya Suradinata, yang menjadi nara sumber, mengatakan gerakan revolusi mental tidak hanya dilakukan oleh ASN tetapi juga masyarakat Indonesia dan harus dilakukan sejak dini.

"Karena itu, pola pikir harus diubah, pejabat tidak lagi dilayani, tetapi harus melayani,  merubah hal itu memerlukan revolusi mental, yang harus dimulai sejak dini," kata Ermaya.(mar/sul/es/humasprov) 

Berita Terkait
Government Public Relation