Kalimantan Timur
Mampir di 'Hutan Lindung Swasta' Abah Hendri

Mampir di 'Hutan Lindung Swasta' Abah Hendri (rian/humasprovkaltim)

MUHURAN - Biro Humas Setda Provinsi Kaltim dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melanjutkan kegiatan kunjungan jurnalis Kaltim dalam rangka peningkatan pemahaman kesadartahuan publik yang merupakan bagian dari program Forest Carbon Partnership Facility Carbon Find  (FCPF-CF) 2020-2024.

Dua desa di Kabupaten Kutai Kartanegara, yakni Desa Muhuran dan Desa Sebelimbingan di Kecamatan Kota Bangun  menjadi target kunjungan lapangan program yang didanai Bank Dunia atau World Bank tersebut. Kunjungan direncanakan selama tiga hari, 20-21 Oktober 2019.

Rombongan yang terdiri dari para wartawan sejumlah media massa dan staf Biro Humas itu berangkat sekitar pukul 13.00 Wita dari Kantor Gubernur di Jalan Gajah Mada Samarinda.

Mengawali kunjungan lapangan Minggu (20/10/2019), rombongan wartawan menyempatkan waktu untuk singgah di 'hutan lindung  swasta' milik Abah Suhendri, di Jalan Pesut, Bukit Biru, Tenggarong.

"Dulu saya beli tanah ini seratus ribu rupiah. Masih semak belukar. Lalu saya tanami. Sekarang sudah ada sekitar lima puluh jenis pohon dan sudah ada yang umur empat puluh tahun," kata Abah Hendri yang mengaku membawa bibit-bibit pohon itu dari Sukabumi, kota kelahirannya dan sebagian dari Bogor.

Di lahan seluas 1,2 hektar dengan topografi berbukit dan berlembah, tumbuh beragam jenis pepohonan, mulai Ulin, Meranti, Bengkirai, Gaharu, Kopi dan Teh serta masih banyak jenis tanaman lainnya. Di seberang jalan, dia pun masih memiliki lahan dengan berbagai tanaman lainnya.

"Saya hanya titip pesan, jangan terus rusak hutan kita. Karena manusia hidup perlu hutan. Saya akan jaga hutan saya ini sampai kapan pun," tegas Abah Hendri yang mengaku 'hutan lindung' miliknya ini pernah ditawar Rp10 miliar, namun dia bergeming.

Setelah puas menyisir agroforestri milik Abah Hendri yang berada di pinggir kota Tenggarong itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Muhuran untuk menikmati sunset di Jembatan Martadipura Kota Bangun dengan latar Danau Loa Kang dan Danau Semayang. Ternyata, keindahannya memang luar biasa.

"Tidak rugi kita bisa sampai di sini, tepat saat sunset. Hanya dua kata,  luar biasa," kata Abdul Rahman, wartawan media online,  Detak Kaltim.(sul/her/yans/humasprovkaltim)

Berita Terkait
Government Public Relation