Kalimantan Timur
Mutu Produk Kakao Masih Rendah

Mutu Produk Kakao Masih Rendah

SAMARINDA–Permasalahan produk kakao sekarang ini adalah kualitas (mutu) produk yang masih rendah. Hal ini disebabkan penanganan pasca panen yang belum baik atau produk yang dihasilkan petani masih tercampur dengan benda lain.

Selain itu, proses pengeringan kakao yang kurang sempurna sehingga biji kakao ditumbuhi jamur dan volume biji yang telah difermentasi relatif sedikit, sehingga para pedagang pengumpul masih mencampur antara biji kakao fermentasi dan yang belum difermentasi.

“Kita berupaya secara intensif untuk memberikan pelatihan pasca panen atau pengolahan produk perkebunan agar petani mampu meningkatkan kualitas produk kakao dan nilai tambah yang diperoleh turut meningkat sehingga petani kakao menjadi sejahtera,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Hj Etnawati Usman, Senin (16/7).

Diterangkannya, komoditi kakao memiliki potensi untuk dikembangkan di Kaltim selain kelapa sawit dan karet. Kendati perkembangan budidaya kakao tersebar hampir di seluruh wilayah ini, namun penanganan industri hilirnya masih sangat terbatas.

Sehingga perlu upaya untuk menghasilkan produk olahan kakao yang lebih berkualitas serta memiliki nilai tambah produk (produk pasca panen) yang berimbas terhadap meningkatkan pendapatan petani kakao.

Misalnya lanjut Etnawati, pihaknya melalui Bidang Usaha,  baru-baru ini telah melaksanakan pelatihan pengolahan hasil perkebunan kakao yang diikuti sebanyak 30 petani kakao di Kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur.

Selain itu, dalam upaya meningkatkan produksi komoditi tanaman perkebunan maka melalui Bidang Perlindungan secara intensif melaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Lanjutan bagi petani kakao di Desa Danau Redan, Kecamatan Teluk Pandan.

Menurut Etnawati, pelatihan dengan pola SLPHT ditujukan untuk memberikan pengetahuan praktis kepada petani kakao, sehingga akan membentuk petani-petani kakao yang andal serta memiliki kemampuan dan penguasaan lebih mengenai tanaman perkebunan.

Diantaranya kemampuan dan pengetahuan dalam pemilihan bibit unggul serta teknik dan tata cara pengolahan tanah serta perawatan tanaman dan buah, serta pemangkasan maupun penyemprotan hama pengganggu tanaman.

SLPHT lanjut Etnawati lebih difokuskan pada cara-cara atau upaya pengendalian hama dan penyakit. Sebab, penurunan produksi kakao selama ini lebih banyak diakibatkan adanya gangguan organisme pengganggu tanaman, sementara upaya pengendalian hama sangat sulit. 

Sehingga, melalui SL-PHT diharapkan mampu membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan petani dalam mengelola kebun secara lebih intensif  termasuk penanganan hama dan penyakit tanpa menggunakan pestisida, sehingga hasil yang diperoleh meningkat dan ramah lingkungan.(yans/sul/hmsprov)

////FOTO :   Praktek pengolahan komoditi Kakao atau produk pasca panen agar meningkatkan nilai ekonomi komoditi.(ist)

Berita Terkait
Government Public Relation