Hari Malaria se Dunia 2013
SAMARINDA - Pemerintah daerah harus memiliki komitmen kuat untuk membebaskan masyarakat dari penyakit malaria. Langkah ini sekaligus menjadi investasi tak ternilai untuk masa depan. Demikian disampaikan Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak saat membacakan sambutan Menteri Kesehatan, dr Nafsiah Mboi dalam peringatan Hari Malaria se-Dunia 2013 di Kaltim.
“Malaria masih merupakan ancaman kesehatan masyarakat. Malaria masih sangat berpengaruh terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian bayi, balita dan ibu hamil serta berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas kerja,” kata Awang Faroek Ishak, saat memimpin Apel Hari Malaria se-Dunia di Halaman Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (25/4).
Membebaskan masyarakat dari malaria adalah investasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Eliminasi malaria diharapkan turut menurangi jumlah kemiskinan di daerah endimis malaria yang umumnya terletak di desa-desa terpencil, dengan sarana transportasi yang sulit dan tingkat ekonomi yang rendah.
Kampanye bebas malaria ini sudah diserukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2008 lalu dengan jargon “Eliminasi Malaria Menuju Bebas Malaria 2030”. Eliminasi malaria di Indonesia dilakukan secara bertahap dari pulau ke pulau, sejak 2010 hingga 2030.
“Alhasil, sejak 2008 hingga hari ini, Indonesia berhasil menurunkan angka kesakitan malaria dari 1,96 per 1.000 penduduk pada 2008 menjadi 1,69 per penduduk pada 2012. Karena itu, komitmen kuat pemerintah daerah perlu diutamakan dalam pelaksanaan eliminasi malaria. Artinya, setiap daerah diharapkan mampu mencapai target penurunan 1 per 1.000 penduduk,” jelasnya.
Pengendalian tersebut, sambung dia, tentu harus didukung seluruh komponen masyarakat secara terus menerus dan diarahkan pada sasaran yang tepat agar memberi hasil yang optimal.
Guna mendukung hal itu, maka seluruh jajaran instansi kesehatan dapat melakukan langkah-langkah, antara lain melakukan penemuan dini orang yang diduga sakit malaria, sehingga dapat segera diperiksa dan diobati. Bahkan, pemerintah diharapkan dapat menyediakan obat anti malaria gratis di Puskesmas dan rumah sakit.
Selain itu, perlu ditingkatkan akses masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu serta menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Mendorong masyarakat menggunakan kelambu berinsektisida jangka panjang di daerah endemis, agar tidak digigit nyamuk menular malaria dan menghindari keluar rumah pada malam hari.
“Bukan hanya itu, masyarakat juga diharapkan dapat melakukan pembersihan genangan air agar tidak menjadi sarang nyamuk berkembang biak,” jelasnya.
Awang meminta agar segera dilakukan identifikasi desa endemis malaria dan menjadikannya sasaran utama kegiatan eliminasi malaria. Kemudian, mendorong pembentukan malaria center dan pos malaria desa, serta melaksanakan koordinasi dan melibatkan lintas sektor dalam pengendalian malaria. (jay/hmsprov).
08 Februari 2021 Jam 23:13:35
Kesehatan
01 Juni 2020 Jam 22:04:34
Kesehatan
12 November 2013 Jam 00:00:00
Kesehatan
05 Juli 2021 Jam 22:17:13
Kesehatan
17 Juli 2020 Jam 13:52:59
Kesehatan
10 Oktober 2016 Jam 00:00:00
Kesehatan
02 Oktober 2023 Jam 22:37:43
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:33:50
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
02 Oktober 2023 Jam 22:31:41
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:23:12
Gubernur Kaltim
02 Oktober 2023 Jam 22:19:56
Gubernur Kaltim
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
05 Mei 2022 Jam 18:19:59
Ibu Kota Negara
06 Juli 2019 Jam 06:49:39
Kegiatan Silaturahmi
22 Oktober 2018 Jam 18:38:54
Kegiatan Silaturahmi
28 Maret 2022 Jam 21:30:51
Kegiatan Silaturahmi
22 Juli 2017 Jam 10:48:08
Perdagangan
14 November 2017 Jam 10:03:57
Peternakan