SAMARINDA - Pengusaha Korea Selatan sangat tertarik dengan produk pertanian tanaman pangan dan sayuran dari Kaltim. Bahkan, ampas ubi kayu dalam bentuk pelet juga diminati sebagai makanan ternak dan dihargai sebesar U$D 1.200 atau setara Rp12 Juta per ton.
Minat para investor Korea Selatan ini disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kaltim, H Ibrahim pada acara Indonesia Agriculture Investment Forum (IAIF) di Seoul, Republik Korea Selatan yang berlangsung 8-13 Juni lalu.
"Pengusaha dari Korsel ini sangat berminat pada tanaman kedelai dan jagung, aneka buah labu dan aneka jenis sayuran. Bahkan ampas dari hasil pengolahan ubi kayu atau singkong yang selama ini dianggap tidak memiliki ekonomis juga diminati dalam jumlah besar," kata Ibrahim, Rabu (26/6).
Forum tahunan IAIF ini selain diikuti oleh Kaltim juga diikuti oleh Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jambi, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan Riau.
Lanjutnya, Dispertan Kaltim akan menyampaikan tawaran investor Korea Selatan ini ke kabupaten/kota yang memiliki potensi pengembangan hasil-hasil pertanian tersebut. Tanaman jagung dan kedelai ditawarkan di Kabupaten Berau karena Berau sangat cocok dan sesuai dari segi kondisi tanah dan iklim. Selama ini produksi kedelai dan jagung Kabupaten Berau selalu mengalami surplus. Untuk pengembangan ubi kayu ditawarkan pada Kabupaten Nunukan, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat.
Hyunday Farm Land & Development berminat untuk menanamkan investasi di bidang kebun kedelai dan jagung, Wooyang Frozen Foods Co, LTD untuk sayuran dan buah labu serta Daega Trading & Steel Co,Ltd untuk peminat ampas singkong dari hasil pengolahan tapioka.. Potensi ampas singkong atau onggok ini sangat besar mengingat selama ini ampas ubi kayu atau singkong sering terbuang. Jika mendapat sedikit pengolahan berupa pelet, maka harga Rp12 juta per ton merupakan harga yang sangat tinggi untuk harga barang yang tidak terpakai.
Dijelaskan Ibrahim, dari proses pengolahan 10 kilogram ubi kayu, akan dihasilkan tiga kilogram tepung tapioka dan empat kilogram onggok atau ampas. Sisanya berupa uap air yang terbuang. Jadi untuk menghasilkan satu ton ampas ubi kayu, diperlukan ubi kayu segar sebanyak 2,5 ton.
"Keinginan para investor tersebut merupakan tantangan untuk segera diwujudkan dalam pengembangan komoditi ubi kayu dan komoditi lainnya. Untuk ekspor ampas singkong ini, pengusaha Korea Selatan memerlukan 5 ribu ton per bulannya," ujarnya. (yul/hmsprov)
//Foto: TERTARIK PERTANIAN KALTIM. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kaltim, H Ibrahim pada acara Indonesia Agriculture Investment Forum (IAIF) di Seoul, Republik Korea Selatan. (dok/humasprov kaltim).
03 September 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
31 Mei 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
24 November 2017 Jam 08:39:02
Pertanian dan Ketahanan Pangan
09 Desember 2019 Jam 08:48:07
Pertanian dan Ketahanan Pangan
09 November 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
26 Februari 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
27 Mei 2023 Jam 19:57:38
Wakil Gubernur Kaltim
27 Mei 2023 Jam 18:25:39
Gubernur Kaltim
27 Mei 2023 Jam 18:21:38
Gubernur Kaltim
27 Mei 2023 Jam 18:19:10
Wakil Gubernur Kaltim
27 Mei 2023 Jam 18:17:25
Wakil Gubernur Kaltim
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
26 Oktober 2018 Jam 08:10:25
Produk K-UKM
21 Oktober 2015 Jam 00:00:00
Pemerintahan
16 Februari 2016 Jam 00:00:00
Pemerintahan
27 Oktober 2015 Jam 00:00:00
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
12 April 2019 Jam 20:53:56
Kesehatan
17 Desember 2019 Jam 14:16:54
Ekonomi dan Pendapatan Daerah