SAMARINDA - Harga berbagai jenis cabai di pasar-pasar tradisional Kaltim terus menanjak naik sejak awal Ramadhan. Biasanya kecendrungannya harga menurun pada pertengahan puasa dan naik kembali menjelang Idul Fitri. Tetapi yang mengkhawatirkan harga cabai tetap bertahan tinggi bahkan cenderung naik menembus harga Rp100.000 dari harga normal Rp30.000.
Kondisi ini karena kebutuhan cabai bagi masyarakat Kaltim sangat tinggi dan pasokan kurang. Cabai harus didatangkan dari luar Kaltim yang membutuhkan biaya transportasi tinggi. Padahal petani di Kaltim telah memproduksi cabai namun kebutuhanya masih kurang dengan permintaan masyarakat.
Hal ini dikatakan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim, H. Ibrahim di ruang kerjanya, Selasa (23/7). Terkait kondisi harga cabai yang cenderung meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.
"Cabai telah banyak ditanam petani-petani di Kaltim. Memang produksi cabainya belum bisa memenuhi pasokan pasar lokal sehingga harus dipasok dari luar Kaltim, seperti dari Jawa dan Sulawesi Selatan," ujarnya.
Petani di Kaltim sebenarnya telah mengetahui pada bulan apa saja sayuran, terutama cabai meningkat harganya. Namun karena pemeliharaan tanaman cabai memerlukan perhatian ekstra dalam perawatan, banyak petani yang enggan menanam cabai di lahan miliknya.
Kedepan, pihaknya akan mendorong petani untuk lebih menggalakkan tanaman cabai khususnya menjelang Bulan Ramadhan dan hari-hari besar lainnya, yakni Natal dan tahun baru. Saat ini sentra pengembangan cabai dilakukan di Kecamatan Lempake Samarinda, di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser.
Hingga saat ini, petani masih menggunakan pertanian konvensional untuk penanaman cabai. Sementara perusahaan besar di Pulau Jawa telah menerapkan teknologi green house dan penggunaan mulsa plastik untuk melindungi hama dan curah hujan berlebih yang dapat merusak pertumbuhan tanaman cabai.
Begitupun dengan pengolahan pasca panen ketika produksi cabai melimpah dan harga di pasara jatuh, petani belum dapat mengolah menjadi bahan lain yang dapat bernilai ekonomis tinggi. Minimnya keterampilan petani mengolah produk turunan ini juga mengakibatkan penanaman cabai sering tidak bergairah.(yul/hmsprov)
17 Agustus 2020 Jam 23:17:37
Pertanian dan Ketahanan Pangan
01 Juni 2015 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
06 Mei 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
05 Juli 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
29 Agustus 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
25 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
17 Agustus 2022 Jam 22:28:29
Gubernur Kaltim
17 Agustus 2022 Jam 22:22:02
Agenda Pemerintah
17 Agustus 2022 Jam 20:35:16
Gubernur Kaltim
17 Agustus 2022 Jam 20:32:38
Gubernur Kaltim
17 Agustus 2022 Jam 20:30:00
Hari Nasional
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
30 Juli 2021 Jam 22:44:50
Sosialisasi Masyarakat
01 November 2016 Jam 00:00:00
Kegiatan Silaturahmi
08 Januari 2022 Jam 10:23:25
Prestasi
04 Oktober 2014 Jam 00:00:00
Pendidikan
03 November 2019 Jam 22:00:27
Kegiatan Silaturahmi
06 November 2021 Jam 21:15:08
Kesehatan
06 Agustus 2015 Jam 00:00:00
Kesehatan