"Tahun 2020 Pemerintah Pusat melaksanakan pengadaan 10.000 ekor sapi, Kaltim mendapat jatah 240 ekor, ada juga pengadaan 1,3 juta ekor sapi,"( Dadang Sudarya- Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov Kaltim)
Tahun 2015 melalui bantuan APBN perubahan ada 1.926 ekor sapi Brahman Cross untuk Kaltim dari target awal 10.000 ekor. Sapi sebanyak 1.926 ekor tersebut dialokasikan untuk dua daerah potensial yakni, Kabupaten Penajam Paser Utara sekitar 701 ekor dan Kabupaten Paser sebanyak 1.225 ekor.
Rencananya, sapi-sapi indukan tersebut untuk memacu populasi sapi Kaltim dan pola pengembangannya dilakukan dilahan kebun kepala sawit atau integrasi sapi sawit.
“Cukup menggembirakan. Awalnya 701 ekor, saat ini tercatat 1.240 kelahiran selama kurun empat tahun,” jelas Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Penajam Paser Utara drh Arief Murdiyanto. Kerja yang bagus melalui proses yang melelahkan. Sebab sapi Brahman Cross yang diberikan pemerintah adalah sapi impor dari Northern Territory, Australia yang sudah pasti berbeda iklim atau cuaca dan geografis dengan Indonesia secara khusus Kalimantan Timur.
Baca Juga : Panen Pedet dan Gemateramisu di Kabupaten Berau
Demikian pula pola pemeliharaannya, negara asalnya, Brahman Cross dengan sistem penggembalaan di padang penggembalaan semacam lepas liar. Namun, saat di petani (kelompok tani) harus dipelihara gembala di kebun sawit rakyat (integrasi sapi sawit).
“Walaupun, akhirnya kombinasi antara dilepas dan dikandang. Hanya tetap memanfaatkan hijauan atau sumber pakan dari lahan sawit itu,” jelas Arief.
Menurut dokter hewan ini bahwa pendatang asing si Brahman Cross yang tadinya sangat asing bagi petani lokal. Namun saat ini sangat familier sebab adaptif.
“Kelompok tani yang pelihara sapi ini tadinya 15 kelompok (Kecamatan Babulu 11 poktan dan Sepaku 4 poktan. Kini, berkembang pesat menjadi 31 kelompok (Babulu 18 poktan dan Sepaku 12 poktan),” sebut Arief.
“Walaupun ada kendala, kita selama ini merasa nyaman-nyaman aja,” aku Ketua Poktan Mugi Rejo Desa Babulu Darat Tutut Harianto dengan senyum bahagia mengungkapkan pengalaman kelompoknya memelihara sapi Brahman Cross sejak awal. Dan kelompok ini sama halnya kelompok lainnya mendapat jatah 50 ekor indukan Brahman Cross ditambah enam pejantan.
Dari awal pemeliharaan hingga memasuki tahun kelima rata-rata indukan sudah melahirkan dua kali. “Ada juga yang sudah empat kali melahirkan. Juga ada yang kita manfaatkan (jual). Tabungan hiduplah, sapi ini bagi kami,” ungkap Tutut lagi.
Baca Juga : Pelantikan ISPI, IISPI, PDHI dan PIDHI. Gubernur Tegaskan Menuju Peternakan Membahana
Demikian halnya, pengakuan gembira Suseto, Ketua Poktan Sumber Makmur Desa Gunung Intan Babulu yang beranggotakan 36 anggota (18 orang aktif memelihara sapi).
“Untuk biaya anak sekolah kami. Beli tanah juga ada, bahkan Pak Sujono sempat umroh sama sapi (biaya jual sapi). Bikin rumah. Alhamdulillah, pelihara sapi sangat membantu ekonomi kami,” ucapnya yang diamini saluruh anggota poktan. Bahkan, penegasan Suseto kalau harus memilih. Dirinya, lebih baik memelihara sapi Brahman Cross daripada jenis Sapi Bali. Sebab, pola pemeliharaan sama dengan beban biaya dan waktu yang sama. “Tapi kalau manfaat (jual) jauh lebih besar Brahman Cross nilainya,” sebutnya.
Lain halnya, Poktan Tani Mekar Jaya Desa Gunung Mulia yang mendapatkan sapi hasil guliran dari Poktan Mugi Rejo juga masuk program APBN Perubahan 2015 sapi Brahman Cross. Memiliki keseluruhan luas lahan 40 hektar dan pemanfaatan lahan ternak/kandang sekitar 2 hektar. Maka, kelompok ini masih potensial untuk mendapatkan bantuan sapi indukan untuk pengembangan populasi.
“Kami sangat siap menerima, seandainya memang ada program. Apalagi, mempersiapkan pangan bagi ibu kota negara di Kaltim, khususnya Penajam Paser Utara,” ujar Sekretaris Poktan Mekar Jaya Kuswandi. Sementara Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Dadang Sudarya mengungkapkan tahun 2020 ini pemerintah pusat melaksanakan pengadaan 10.000 ekor sapi dan Kalimantan Timur mendapat jatah 240 ekor.
Baca Juga : Wagub : Kaltim Lumbung Sapi Nasional
“Ada juga pengadaan 1,3 juta ekor sapi impor,” sebutnya. Latar belakangnya, pemerintah Indonesia setiap tahun membutuhkan 700 ribu ton daging sapi untuk konsumsi, namun secara nasional baru mampu memenuhi sekitar 400.000 ton. Berarti ada kekurangan sekitar 300.000 ton dan harus dicukupi dengan mendatangkan dari berbagai negara atau impor daging sapi.
Impor daging sapi sebanyak 300.000 ton itu setara 1,3 juta ekor sapi. “Jadi kata Pak Presiden kepada Pak Menteri Pertanian, kenapa kita harus setiap tahun mengimpor daging sapi ratusan ribu ton yang setara 1,3 juta ekor sapi,” beber Dadang. Akhirnya Presiden Joko Widodo mengambil pilihan lebih baik Indonesia impor sapi indukannya sebanyak 1,3 juta ekor, sehingga dua hingga tiga tahun ke depan tidak impor daging lagi. Sebab Indonesia bisa mencukupi kebutuhan lokal sendiri.
“Rencananya 1,3 juta ekor dibagi dalam dua tahun. Di tahun 2020 rencananya 800.000 ekor indukan dan tahun berikutnya 500.000 ekor sapi,” lanjutnya. Sedangkan sumber bibitnya kolaborasi dari lima atau enam negara pengimpor. Nantinya akan barter dengan Indonesia.” Jadi kita impor sapi indukan dari negeri itu dan mereka harus membeli CPO dari Indonesia, itu barternya,” jelas Dadang.
Selanjutnya, sapi-sapi itu di Indonesia akan dikembangkan modelintegrasi sapi sawit, tetapi khusus Kaltim juga mengusulkan miniranch di lahan eks tambang atau padang penggembalaan di lahan eks tambang batu bara. Untuk 100.000 ekor program 1,3 juta sapi indukan, Kaltim memintakan atau bagikan untuk masyarakat khususnya kelompok tani ternak. Sesuai keinginan Presiden kepada Menteri Pertanian adalah masyarakat basisnya untuk peternakan rakyat bukan perusahaan. Hanya saja, nanti diintegrasikan dengan perusahaan sawit sebab mereka yang memiliki lahan kebun. Jadi tetap kelompok basisnya untuk peternakan rakyat.
“Kita akan coba minta 100.000 ekor untuk Kaltim, jadi semoga bisa dikabulkan pusat,” ujarnya lagi.
Sapi yang diimpor terdiri beberapa jenis seperti Limousine, Simental ataupun Brahman Cross. Menurut Dadang, jenis-jenis sapi itu dariberbagai negara. Tapi biasanya yang agak familiar untuk Indonesia itu sapi Brahman Cross.
Secara umum Kaltim membutuhkan sapi indukan guna mendorong percepatan populasi sapi sebanyak 650.000 ekor agar mencapai swasembada dan mencukupi kebutuhan lokal. Saat ini kisaran 120.000 ekor populasi Kaltim, masih perlu banyak sapi indukan. Upaya percepatan populasi sapi-sapi dilakukan intensifikasi dan peningkatan kelahiran melalui inseminasi buatan (IB) maupun kawin alami yang terprogram.
“Jadi, tahun ini ada sekitar 850 ekor dari APBD provinsi dan 240 ekor dari APBN,” sebut Dadang. (masdiansyah/sul/humasprovkaltim)
Tonton Juga:
07 Desember 2023 Jam 20:44:10
Gubernur Kaltim
07 Desember 2023 Jam 20:08:51
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
05 Desember 2023 Jam 21:22:29
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
06 Juni 2022 Jam 19:30:28
Informasi dan Komunikasi
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
25 Mei 2016 Jam 00:00:00
Pemerintahan
23 Juli 2019 Jam 22:57:27
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
02 Januari 2018 Jam 10:08:59
Kegiatan Pemerintah
10 Desember 2014 Jam 00:00:00
Pembangunan
14 Januari 2018 Jam 19:23:45
Event