Kalimantan Timur
Rantai Dingin Jaga Efektivitas Vaksin

SAMARINDA-Kebijakan program vaksinasi tidak hanya pada cakupan vaksinasi akan tetapi lebih kepada kualitas atau potensi vaksin yang cukup atau terjamin melalui pengelolaan cold chain atau rantai dingin vaksin mulai dari pabrik sampai ke lapangan.

“Rantai dingin atau cold chain tetap dijaga sesuai  ketentuan, sehingga vaksin akan terjaga pada pada suhu dingin yang ditetapkan. Suhu udara  2 sampai 8 derajat celcius tidak boleh lebih atau kurang dari itu agar vaksin lebih efektif,” kata Plt Kepala Dinas Peternakan Kaltim H Dadang Sudarya pada Sosialisasi Cold Chain di Aula Disnak Kaltim, Senin (8/4).

Rantai dingin yang selama ini dilakukan belum sesuai dengan ketentuan, sehingga dimungkinkan vaksin yang ada tidak terjaga kualitasnya sehingga kemudian berdampak pada penurunan kualitas.

Selain itu, potensi kekebalan yang ditimbulkan akan berkurang bahkan bisa jadi tidak berefek atau menyebabkan vaksinasi yang dilakukan tidak optimal (sia-sia). Masih terjadinya kasus PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis) karena rantai dingin vaksin yang tidak sesuai.

Kasus PHMS di Kaltim yang perlu mendapat perhatian serius yaitu flu burung, jembrana dan rabies. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan tentunya salah satu kebijakan dalam pencegahan penyakit adalah dilakukan vaksinasi.

“Ketersediaan vaksin berkualitas dari penyimpanannya hingga saat penggunaan sangat diutamakan. Minimal Dinas Peternakan kabupaten/kota atau instansi yang membidangi pelayanan peternakan dan kesehatan hewan memiliki sarana berupa kulkas pendingin ataupun termos khusus penyimpan vaksin,” harap Dadang Sudarya.

Kedepan lanjutnya, ada petugas khusus yang akan  menangani rantai dingin vaksin baik di provinsi ataupun kabupaten/kota, termasuk penyediaan sarana prasarana rantai dingin yang memadai.

“Kami mengharapkan peran aktif Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi) Kaltim dalam melakukan pengawasan obat hewan khususnya menjaga kualitas dan potensi vaksin melalui penanganan rantai dingin bekerjasama dengan Petugas Pengawas Obat Hewan (POH) di provinsi maupun kabupaten/kota,” ungkap Dadang Sudarya.

Sementara itu Sigit Nurtanto dari Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengemukakan rantai dingin sangat penting dijaga sejak pasca produksi hingga di lapangan, sehingga efektifitas vaksin sangat besar pada saat digunakan.

“Kemajuan teknologi mengharuskan adanya perubahan dalam pengelolaan cold chain. Misalnya, sesuai dengan rujukan Kementerian Kesehatan untuk penyimpanan vaksin hanya menggunakan air es pada coolbox atau styrofoam mampu bertahan hingga 12 jam dengan suhu yang tetap terjaga,” ujarnya.  (yans/hmsprov)  

///Foto : Plt Kepala Dinas Peternakan Kaltim H Dadang Sudarya memberi arahan  pada Sosialisasi Cold Chain di Aula Dinas Peternakan Kaltim.masdiansyah/humasprov kaltim)


 

Berita Terkait
Government Public Relation