Kalimantan Timur
Riza : Perlu Dijaga Dirawat dan Dilestarikan

Kekayaan Alam Kawasan Karst Sakulirang Mangkalihat di Kaltim

MELIHAT kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat yang menghubungkan Kabupaten Kutai Timur dan Berau adalah kekayaan alam yang ada di Kaltim dan patut dijaga, dirawat dan dilestarikan.
Berdasarkan pendekatan daerah aliran sungai (DAS), luas kawasan karst mencapai 1.800.000 hektar. Khusus untuk bantuan karst (limestone) mencapai luasan 505.000 hektar.
Dari kawasan tersebut, juga terdapat masyarakat yang menggantungkan kehidupan di daerah tersebut, yaitu masyarakat dari sungai besar Bengalong, Sungai Karangan, Sungai Tabalar, Sungai Lesan dan Sungai Pesab. Tercatat ada 100.000 jiwa masyarakat yang hidup di sekitar kawasan karst, yang terbagi di 111 desa atau kampung di 13 kecamatan di Kabupaten Berau dan Kutai Timur.
“Banyak nilai-nilai penting yang berada di kawasan tersebut, antara lain, nilai ilmiah berkaitan dengan ilmu kebumian, litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaeontologi, serta tempat berlindung flora dan fauna endemis. Karena itu, wajar jika kawasan tersebut perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim H Riza Indra Riadi di Samarinda, Sabtu (12/10).
Selain itu, ada lagi nilai penting yang patut diketahui, yakni nilai sosial budaya, yang mencakup aspek spiritual keagamaan, terutama mengakut keberadaan gua kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi dan pendidikan.
Bahkan, nilai ekonomi juga tinggi di kawasan tersebut. Karena menjadi sumber air sungai bawah tanah, penghasil sarang burung walet, pariwisata dan bahan semen. Apalagi, kekayaan alam di kawasan tersebut juga merupakan sumber air nan tak kunjung kering. Karena penghasil jutaan liter air untuk beragam kehidupan flora, fauna dan manusia.
Karst Kaltim ini, menjadi sumber air sejumlah sungai utama dan berperan besar memunculkan beratus mata air di pesisir di dasar laut dan pulau lepas pantai. Contoh, Sungai Nyadeng adalah salah satu anak Sungai Lesan di Berau yang debit air mencapai 5,3 meter kubik perdetik. Jika sesuai standar UNESCO 2012, kebutuhan air per orang adalah 60 liter perhari. Tetapi, jika melihat sumber air dari Sungai yang kecil tersebut, maka bisa menopang kebutuhan air 7,5 juta manusia.
Dari kawasan tersebut, juga terdapat seribu menara karst atau pusaka budaya yang merupakan kerajaan prasejarah. Ada 37 goa prasejarah dan tertua di Asia Tenggara. Karst juga merupakan tanda kehadiran manusia sejak jaman prasejarah. Kawasan karst Kaltim sangat kaya dengan artefak-artefak jaman bahari. Misal, tembikar dan guci bertebaran di karst.
Karst merupakan tempat kubur sakral bagi orang Dayak. Ada lungun bertungku. lungun di puncak batu, ada lungun  di lantai ceruk, ada pula guci tempat penyimpan abu atau tulang.
Karena itu, karst merupakan tempat hidup bersama untuk saling melindungi. Apalagi, karst juga merupakan tempat hidup orangutan yang nyaman. Ketika banyak lahan hutan beralih fungsi menjadi kawasan budidaya lain. Di kawasan hutan karst masih menjanjikan tempat hidup yang layak bagi orangutan.
“Jadi, kami berharap seluruh masyarakat yang berada di Kaltim maupun yang berkunjung ke Kaltim agar dapat menjaga, merawat dan melestarikan karst tersebut,” harapnya.(jay/hmsprov)

//Foto: Karst Sangkulirang Mangkalihat. (dok/humasprov kaltim).


 

Berita Terkait
Government Public Relation