Kalimantan Timur
Sekda Terima Audiensi Tim Studi Koridor Ekonomi BIMP-EAGA, Bahas Penilaian Koridor Ekonomi

Foto Yuvita Indrasari / Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov.Kaltim

SAMARINDA - Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur Sri Wahyuni menerima audiensi Tim Studi Review and Assessment of the BIMP-EAGA Economic Corridors di Kalimantan yang terdiri dari Kemenko Perekonomian, Asian Development Bank (ADB), konsultan dan BIMP-FC, di ruang rapat Sekda lantai 2 Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (27/6/2024).  

Tinjauan dan penilaian koridor ekonomi BIMP-EAGA atau studi koridor ekonomi ini bertujuan untuk menganalisis status konektivitas fisik koridor ekonomi BIMP-EAGA yang meliputi layanan darat (jalan dan kereta api), maritim, udara, jembatan darat dan infrastruktur lintas batas. Sekaligus mengidentifikasi kesenjangan dalam konektivitas fisik tersebut. Kemudian mengidentifikasi simpul-simpul yang ada saat ini (modal, komersial, gerbang perbatasan, pelabuhan dan pariwisata). Serta, melakukan kajian terhadap potensi perpindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur, yang masuk dalam salah satu dari tiga koridor ekonomi BIMP-EAGA, yaitu EBEC (East Borneo Economic Corridor). Sedangkan koridor ekonomi lainnya yaitu, West Borneo Economic Corridor (WBEC) dan Greater Sulu Sulawesi Economic Corridor (GSSC). 

 

Sekda Sri Wahyuni mengungkapkan bahwa Kalimantan Timur yang masih bergantung pada ekonomi ekstraktif terus berupaya untuk bertransformasi menuju ekonomi non-ekstraktif. Seiring dengan pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Benua Etam, Kalimantan Timur sebagai daerah penyangga utama IKN bersiap diri dengan membangun infrastruktur penunjang mulai dari jalan tol, jembatan, bandara internasional, pelabuhan dan lainnya.  

Kaltim sudah membangun beberapa kawasan industri di kabupaten/kota, di antaranya Kawasan Industri Buluminung Penajam Paser Utara, Kawasan Industri Kariangau Balikpapan, Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa di Samarinda, Kawasan Industri Bontang, Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) Kutai Timur dan Kawasan Industri Pariwisata di Kepulauan Derawan, Berau. 

“Ini semua sebagai upaya transformasi ekonomi dari ekstraktif ke non-ekstraktif,” jelas Sri Wahyuni menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Tim Studi BIMP-EAGA.  

Sri Wahyuni menyebut perdagangan, pariwisata dan investasi menjadi fokus pengembangan perekonomian ke depan. Termasuk industri hilirisasi dari sumber daya alam yang dihasilkan Provinsi Kaltim, baik itu batu bara, minyak dan gas bumi, perkebunan kelapa sawit, kakao, karet, perikanan, kelautan, dan lainnya.  

“Potensi pariwisata bahari di Kepulauan Derawan menjadi unggulan Kaltim, dengan keindahan bawah lautnya yang menjadi destinasi wisata internasional. Demikian juga pengembangan kakao dan karet remah yang sangat potensial untuk menarik minat investor berinvestasi di Kaltim,” jelasnya.  

Pada kesempatan ini, Sekda Sri Wahyuni didampingi Kepala Bappeda Yusliando, Kepala Biro Perekonomian Iwan Darmawan, Sekretaris Disperindagkop dan UKM Heni Purwaningsih, Kabid Perencanaan Pengembangan Iklim Penanaman Modal DPMPTSP Riawati, perwakilan perangkat daerah terkait dan Wakil Ketua Kadin Kaltim Sayid Irwan. (her/sul/ky/adpimprov kaltim)

Berita Terkait
Government Public Relation