Nuklir Sebagai Energi Alternatif Baru
SAMARINDA – Listrik byar pet merupakan salah satu fakta dari persoalan kekurangan kebutuhan energi yang terjadi di daerah, termasuk Kaltim. Untuk itu, saat ini Kaltim berupaya mengubah struktur ekonomi yang selama ini memiliki ketergantungan dengan energi berbasis fosil dengan mencari alternatif energi baru terbarukan (EBT).
Demikian diungkapkan Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak yang disampaikan oleh Plt Sekprov Kaltim Dr H Rusmadi saat membuka Diseminasi Kawasan Industri Advance Technology di Kalimantan Timur, yang digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan PT Batan Technology, di ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Senin (6/5).
“Permasalahan tersebut menjadikan energi merupakan soal yang penting dan ketergantungan kita dengan energi berbasis fosil itu menyebabkan perlunya kita melangkah mencari energi alternatif baru, salah satunya adalah nuklir, yang bisa menjadi pengganti energi minyak bumi, gas dan batubara yang mahal dan hampir habis,” ungkapnya.
Diungkapkan, dalam Musrenbang Regional Kalimantan yang berlangsung pada 16-17 April 2013, empat provinsi Kalimantan ditetapkan beberapa kesepakatan, diantaranya adalah melakukan pemenuhan energi Kalimantan dalam jangka menengah melalui pengembangan energi nuklir sebagai EBT.
Menurut dia, pola pembangunan ekonomi jangka panjang ini sangat tepat, khususnya bagi Kaltim yang mempunyai potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Disamping itu, Kaltim juga memiliki potensi bahan baku nuklir yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan non energi, misalnya untuk pertanian, kesehatan, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan kedokteran, pengawaetan bahan makanan dan lainnya.
“Hal ini memerlukan kajian yang lebih dalam yang dapat dilakukan oleh Balitbangda, guna mengetahui potensi kualitas dan bahan baku nuklir tersebut di Kaltim. Sebelumnya, Pemprov juga telah bekerjasama dengan Batan pada 2007 dengan melakukan survei tapak untuk pengembangan kawasan industri nuklir, tepatnya di kawasan Kariangau-Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Besar harapan kita ini akan terwujud,” jelasnya.
Namun, ujar dia, persoalan yang dihadapi adalah nuklir seringkali dianggap sebagai momok yang menakutkan, dan sulit membayangkan bagaimana sesungguhnya nuklir memberikan manfaat untuk pembangunan dan mendukung kecukupan energi.
Pemerintah telah menegaskan pemanfaatan energi nuklir di Indonesia bukan untuk persenjataan, melainkan memanfaatkan teknologi nuklir untuk kegiatan damai. Seperti kegiatan industri, kedokteran, biologi, kimiawi, pertanian, arkeologi, energi sampai dengan angkasa luar, dan yang utama saat ini adalah sebagai pembangkit listrik.
“Manfaat energi nuklir untuk kegiatan damai jauh lebih besar dibanding teknologi pemusnahan massal yang efeknya sangat mengerikan. Karena itu, sudah selayaknya kita dapat belajar dan mengelola rasa takut dan cemas dengan akal dan tentu rasionalitas dalam rangka pengembangan nuklir,” ujarnya.
Ditambahkan, energi nuklir di Indonesia sudah lama digunakan, termasuk untuk kegiatan pertanian yang telah mengembangkan padi nuklir varietas Sidenuk dan Bestari, dengan tingkat produktifitas mencapai 8-9 ton gabah kering giling (GKG)/hektare. Apalagi di Kaltim dengan potensi lahan pertanian yang begitu luas, jika varietas padi nuklir bisa dikembangkan dengan baik, maka target swasembada beras akan dapat dicapai.
“Dalam tatanan negara ada dua hal secara politis tidak boleh bergantung pada pihak lain, yakni bahan pangan sebagai bahan pokok dan pemenuhan sumber energi. Jadi, harus ada langkah-langkah konkrit dalam rangka merumuskan energi alternatif terbarukan pengganti energi berbasis fosil,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Balitbangda Kaltim, Hj Halda Arsyad, mengatakan Diseminasi Kawasan Industri Advance Technology dimaksudkan memberikan informasi seluas-luasnya kepada stake holder tentang peran tenaga nuklir dan mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai amannya tenaga nuklir yang digunakan untuk tujuan damai. Pengembangan energi nuklir menjadi salah satu program prioritas pembangunan jangka panjang.
“Zat radioaktif telah digunakan secara luas di berbagai bidang yang merupakan aplikasi teknik nuklir. Diantaranya dapat digunakan untuk menghitung sisa minyak bumi pada sumur-sumur tua. Mengetahui volume, kecepatan sumber dan arah arus sedimentasi di dasar pelabuhan. Iradiasi makanan (teknik pengawetan makanan yang aman dan tanpa residu, serta digunakan untuk penanganan karantina buah ekspor),” jelas Halda. (her/hmsprov).
///Foto : Plt Sekprov Kaltim Dr H Rusmadi berbincang dengan Direktur Pemasaran PT Batan Teknologi Agung Usadi (kanan) usai membuka Diseminasi Kawasan Industri Advance Technology di Kalimantan Timur.(syaiful/humasprov kaltim)
16 April 2014 Jam 00:00:00
Energi dan Sumber Daya Mineral
18 Juni 2014 Jam 00:00:00
Energi dan Sumber Daya Mineral
03 Oktober 2013 Jam 00:00:00
Energi dan Sumber Daya Mineral
27 September 2013 Jam 00:00:00
Energi dan Sumber Daya Mineral
25 Juni 2014 Jam 00:00:00
Energi dan Sumber Daya Mineral
08 Maret 2018 Jam 19:38:49
Energi dan Sumber Daya Mineral
06 Juni 2023 Jam 20:22:45
Gubernur Kaltim
06 Juni 2023 Jam 20:18:54
Wakil Gubernur Kaltim
06 Juni 2023 Jam 19:38:59
Kegiatan Silaturahmi
06 Juni 2023 Jam 19:35:50
Gubernur Kaltim
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
26 Oktober 2018 Jam 08:10:25
Produk K-UKM
16 Desember 2014 Jam 00:00:00
Pembangunan
26 Oktober 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
21 Februari 2022 Jam 19:42:05
Informasi dan Komunikasi
27 Juli 2017 Jam 09:30:20
Kegiatan Silaturahmi
29 Agustus 2016 Jam 00:00:00
Kebudayaan dan Pariwisata