SAMARINDA - Sektor kelautan dan perikanan di Kaltim digadang-gadang dapat menjadi sumber daya alam terbarukan, menggantikan sektor migas dan pertambangan yang hingga kini masih menjadi tumpuan ekonomi Benua Etam.
Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim Irhan Hukmaidy mengungkapkan selama ini sektor perikanan melalui sejumlah komoditas ekspor mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah.
Nilai ekspor produk perikanan Kaltim pada 2021 lalu mampu menembus angka 72 juta USD atau mencapai mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Komoditas ekspor perikanan dari Kaltim di antaranya, udang windu, ikan kerapu dan kepiting. Untuk komoditas non-ikan, yaitu rumput laut jenis glacilaria.
“Tetapi yang lagi naik daun komoditi kepiting dan ikan kerapu,” ucap Irhan.
Pada bulan Mei lalu, dilakukan direct call ekspor kepiting ke Shenzen, Tiongkok, dari Terminal Cargo Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, sebanyak 5 ton atau senilai Rp1 miliar.
Terkait pengembangan sektor perikanan budi daya lanjut Irhan, pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menargetkan pembentukan kampung budi daya sebanyak 130 kampung di 2022 ini.
Untuk Provinsi Kaltim, dua lokasi telah ditetapkan sebagai kampung budi daya, yaitu di Loa Kulu, Kutai Kartanegara sebagai kampung budi daya ikan nila dan di Pulau Maratua, Berau sebagai kampung budi daya ikan kerapu.
“Nantinya kita juga dorong daerah lain untuk menjadi kampung budi daya sesuai dengan keunggulan masing-masing,” beber Irhan.
Karena menurutnya, pengembangan perikanan budi daya yang tengah dilakukan saat ini sifatnya masih sporadis dan tidak merata, sehingga perlu dibuat klaster. Sebagai contoh, nantinya mungkin Kutai Kartanegara didorong menjadi kampung budi daya kepiting dan udang windu serta Bontang dengan kampung budi daya rumput laut.
“Karena pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membentuk lagi 150 kampung budi daya,” imbuhnya.
Selain mendorong pembentukan kampung budi daya, DKP Kaltim akan mengembangkan budi daya perikanan spesifik dan merupakan ikan-ikan endemic local yang mulai berkurang populasinya serta langka di pasaran. Ikan tersebut di antaranya, ikan biawan, ikan pepuyu, ikan lais termasuk juga ikan haruan.
“Arah kebijakan kita ke sana dan memang tidak bisa instan,” tuturnya.
Dalam program ini, DKP Kaltim menggandeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda dan Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar Mandiangin di Banjarmasin untuk mengembangkan teknologi budi daya ikan endemik Kaltim.
"Kita ingin nanti hasilnya bisa kita kembangkan secara massif,” kata Irhan.
Lebih penting lagi, saat diterapkan dapat membawa keuntungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya peternak ikan. (gie/sul/ky/adpimprov kaltim)
02 Desember 2023 Jam 19:46:35
Gubernur Kaltim
01 Desember 2023 Jam 21:56:47
Gubernur Kaltim
01 Desember 2023 Jam 15:26:11
Gubernur Kaltim
01 Desember 2023 Jam 15:16:34
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur
30 November 2023 Jam 22:23:49
Gubernur Kaltim
06 Januari 2014 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Maret 2022 Jam 15:54:00
Ibu Kota Negara
08 April 2013 Jam 00:00:00
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
06 Juni 2022 Jam 19:30:28
Informasi dan Komunikasi
31 Oktober 2018 Jam 20:52:52
Kegiatan Pemerintah
25 April 2013 Jam 00:00:00
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
17 Maret 2018 Jam 08:32:53
Peternakan
18 November 2018 Jam 19:43:14
Komunikasi dan Informatika