Kalimantan Timur
Tanaman Jelay Komoditi Ekspor ke Negara Jepang

Tanaman Jelay Komoditi Ekspor ke Negara Jepang

 

SAMARINDA – Tanaman jelay merupakan inovasi Kaltim dalam menambah khasanah keberagaman pangan di daerah. Namun siapa sangka, tanaman ini ternyata telah menjadi komoditi ekspor sebab ada tawaran pelaku usaha di Negara Jepang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

“Khasiat yang terkandung dalam tanaman jelay membuat pasar menjadi terbuka. Utamanya, memenuhi konsumsi masyarakat Jepang,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP)  Kaltim H Fuad Asaddin.

Tawaran ekspor jelay ke Jepang itu lanjut Fuad, disampaikan Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir. Mengingat berbagai khasiat dan keunggulan yang dimiliki jelay jika dibandingkan mengonsumsi beras.

Kelebihan jelay diantaranya tanaman ini tidak hanya sekedar untuk konsumsi memenuhi kebutuhan karbohidrat tetapi memiliki kandungan serat untuk pengobatan herbal. Misalnya, aman dikonsumsi bagi pengidap penyakit diabetes atau kencing manis.

Bahkan, mengonsumsi jelay secara rutin akan memberikan efek yang bagus untuk perawatan kulit menjadi halus lembut dan bersih, sehingga mengonsumsi jelay tidak semata kenyang dan mengandung karbohidrat juga dapat digunakan untuk perawatan dan kesehatan.   

Keunggulan lain dari jelay adalah cara budidaya yang mudah dan jelay yang hidup di lahan kering serta dapat dipanen beberapa kali dalam satu kali tanam. Tingkat produktivitas sangat tinggi dengan kisaran mencapai enam bahkan delapan ton per hektar.

“Karena berbagai keunggulan yang dimiliki jelay. Maka, ada peluang ekspor tanaman ini ke Jepang. Berarti tawaran ini menjadi kesempatan petani jelay untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman jelay di Kaltim,” ujar Fuad.

Diakuinya, hingga saat ini jumlah petani yang mengembangkan tanaman jelay masih sedikit. Hal ini dikarenakan masih minimnya informasi yang diperoleh pelaku utama terkait budidaya dan peluang pasar komoditi pangan alternatif ini.

Fuad menambahkan saat ini yang perlu dilakukan pihaknya adalah melakukan inventarisasi dimana saja sentra produksi dan siapa saja pelaku utamanya, sehingga jumlah atas kebutuhan negara Jepang mampu dipenuhi Kaltim.

“Jelai potensi besar untuk percepatan diversifikasi pangan alternatif. Juga, jadi komoditi ekspor bahkan harganya sangat kompetitif. Untuk pasar lokal kisaran harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu per kg. Kalau ekspor tentu lebih tinggi lagi harganya,” yakin Fuad Asaddin. (yans/sul/hmsprov)

/// FOTO : Fuad Asaddin (kanan)  saat berada di kawasan tanaman Jelay di Demplot BP3K Loa Kumbar Kutai Kartanegara.(masdiansyah/humasprov kaltim)

 

 

Berita Terkait
Government Public Relation