Kalimantan Timur
Tingkatkan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan

Pemprov Berikan Perhatian Pupuk Bersubsidi dan Alsintan Bagi Petani

SAMARINDA–Ketersediaan pupuk menjadi salah satu faktor yang tidak bisa dilepaskan dalam upaya Pemprov mewujudkan ketahanan pangan di Kaltim. Ketersediaan pupuk bagi petani menjadi penting karena secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman pangan.
Untuk itu, Pemprov melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispertan) Kaltim terus berusaha memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani di 14 kabupaten/kota se Kaltim melalui program penyaluran pupuk bersubsidi.
Dalam beberapa tahun terakhir di era kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak dan Wagub Farid Wadjdy, Pemprov Kaltim telah menjalankan program penyaluran pupuk bersubsidi yang secara langsung membantu petani dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangannya.
Ada beberapa jenis pupuk yang disalurkan Pemprov melalui Dispertan Kaltim, diantaranya pupuk urea dan NPK Pelangi yang diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim dan pupuk NPK Phonska, SP-36, ZA dan Petroganik yang diproduksi oleh PT Petrokimia. Jenis-jenis pupuk tersebut disalurkan sesuai dengan kebutuhan petani yang disampaikan melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).
Selama lima tahun terakhir terjadi fluktuasi penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani, namun secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal itu terjadi karena menyesuaikan dengan RDKK yang dibuat kelompok tani setiap tahunnya dan untuk besaran penyalurannya berdasarkan SK Gubernur yang diturunkan menjadi SK Bupati/Walikota.
Berdasarkan laporan realisasi penyaluran pupuk urea bersubsidi pada 2012 sudah tersalurkan sekitar 17.159,30 ton (78,35 persen) dari kebutuhan 21.900 ton. Sedangkan hingga Juli 2013 sudah tersalurkan sekitar 9.305,45 ton (58,16 persen) dari kebutuhan 16.000 ton sampai akhir Desember 2013.
Untuk jenis pupuk NPK (Phonska) bersubsidi realisasi penyaluran hingga Juli 2013 adalah sekitar 9.373 ton (44,63 persen) dari kebutuhan 21.000 ton hingga Desember 2013. Pupuk NPK Pelangi bersubsidi hingga Juli 2013 tersalurkan sekitar 2.657,55 ton (12,66 persen) dari kebutuhan 21.000 ton hingga Desember 2013.
Pupuk SP-36 bersubsidi (Juli 2013) telah tersalurkan sekitar 2.717,55 ton (45,29 persen) dari total kebutuhan hingga Desember 2013 yaitu mencapai 6.000 ton. Pupuk ZA bersubsidi (Juli 2013) telah tersalurkan 1.473 ton (54,56 persen) dari total kebutuhan 2.700 ton. Petroganik bersubsidi (Juli 2013) telah tersalurkan sekitar 1.056,50 (26,09 persen) dari total kebutuhan hingga Desember 2013 sekitar 4.050 ton.
Selama ini penyaluran pupuk bersubsidi khususnya jenis NPK tidak ada masalah, sedangkan untuk urea terkendala masalah transportasi. Namun dari segi jumlah semuanya mencukupi untuk kebutuhan seluruh petani Kaltim berdasarkan RDKK yang masuk ke provinsi.
“Pada 18 September kita akan mengadakan Rapat KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida) yang akan dihadiri oleh pusat dan kabupaten/kota. Kita ingin mendengarkan permasalahan yang ada di lapangan. Selain itu, kita juga terus melakukan monitoring melalui tim dari Dispertan ke lapangan untuk mengetahui kondisi sebenarnya,” kata Kepala Dispertan Kaltim H Ibrahim.
Selain itu, faktor lainnya yang juga menjadi perhatian Pemprov dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan adalah alat mesin pertanian (alsintan). Karena itu, Pemprov melalui Dispertan juga memberikan bantuan alsintan kepada petani melalui kelompok tani.
Sejumlah alsintan yang diberikan kepada kelompok petani diantaranya adalah hand tractor, power thresher, cultivator, penggilingan padi (RMU), RMU mobile, pompa air, paddy reaper, alat pengering (dryer), mist blower, fogging, hand sprayer dan terpal.
Pemberian alsintan sekaligus dimaksudkan mengarahkan petani Kaltim dapat menjadi petani modern dengan menggunakan alsintan yang mengikuti kemajuan jaman. Penggunaan alsintan ini juga diharapkan dapat menjawab tantangan luasnya lahan yang harus dikerjakan tetapi ketersediaan tenaga kerja atau petani yang sedikit jumlahnya.
“Dengan penggunaan mesin-mesin alat pertanian modern, maka akan didapat efisiensi waktu, tenaga dan menekan biaya produksi. Sehingga secara berangsur-angsur pendapatan petani akan naik karena kecepatan produksi, panen dan pengolahan lahan,” jelas Ibrahim. (her/hmsprov).
 

Berita Terkait
Government Public Relation