Kutai Kartanegara — Bagi Aira, siswi kelas 10 di salah satu SMA negeri di Tenggarong, Museum Mulawarman bukan sekadar bangunan bersejarah.
Ia menyebutnya “rumah kedua” sebagai tempat yang sejak kecil sudah menjadi bagian dari kenangannya dan menjadi ruang bermain imajinasi masa lalu, serta sumber cintanya pada sejarah.
“Dari aku kecil, ayah sering ajak ke sini. Awalnya cuma lihat-lihat, tapi lama-lama aku jatuh cinta. Rasanya kayak masuk ke mesin waktu,” cerita Aira dengan mata berbinar saat ditemui di pelataran museum yang megah pada Sabtu (12/04/2025).
Libur Lebaran tahun ini membawa kejutan manis bagi Aira dan warga Kalimantan Timur. Gubernur Kalimantan Timur H Rudy Mas’ud (Harum) mengumumkan bahwa seluruh tempat wisata milik pemerintah daerah, termasuk Museum Mulawarman salah satunya, digratiskan sebagai bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) untuk masyarakat mulai dari 31 Maret - 30 Juni 2025. Keputusan ini langsung disambut suka cita oleh warga, termasuk dara manis ini.
“Begitu tahu kabarnya, aku langsung bilang ke teman-teman ‘Ayo hak leh etam pegi ke Museum!’ apalagi gratis kan..lumayan untuk kantong pelajar ni,” tambahnya sembari tersenyum lebar.
Museum Mulawarman memang memiliki daya tarik sejarah yang kuat. Berdiri megah di bekas Keraton Kutai Kartanegara, museum ini menyimpan peninggalan-peninggalan berharga kerajaan tertua di Indonesia.
Di sinilah dara bernama lengkap Salisa Maulidatu Zahira itu kerap menghabiskan waktu, mencatat, memotret, sekalian untuk arsip di ekskul fotografi yang ia ikuti di sekolahnya.
Salah satu sudut favorit Aira adalah ruang singgasana raja. Ia sering berdiri dan menelisik di dekatnya, diam-diam membayangkan dirinya menjadi putri kerajaan yang hidup di masa lampau. Baginya, sejarah bukan pelajaran hafalan, tapi cerita hidup yang bisa menginspirasi.
“Setiap kali ke sini, rasanya aku seperti diajak ngobrol sama masa lalu. Ini yang bikin aku semangat belajar sejarah, karena aku tahu, semua ini nyata dan pernah ada,” ucapnya.
Kesempatan mengunjungi museum tanpa biaya kini menjadi lebih dari sekadar hiburan. Peluang ini pun menjadi momen bernostalgia dan memahami lagi budaya daerah.
“Aku senang karena sekarang makin banyak orang bisa datang, mungkin yang dulu belum pernah atau ngerasa sayang keluar uang. Siapa tahu, mereka juga bisa jatuh cinta sama sejarah, kayak aku,” ujarnya.
Sebagai anak muda yang tumbuh besar di tanah penuh cerita ini, Aira menyimpan harapan-harapan besar. Untuk sejarah Kalimantan Timur, ia berharap lebih banyak cerita lokal diangkat dan dikenalkan ke seluruh Indonesia.
“Kita punya sejarah yang luar biasa, tapi masih banyak orang yang nggak tahu. Padahal Kerajaan Kutai itu kerajaan tertua di Nusantara. Harusnya kita bangga dan terus rawat warisannya,” tegasnya.
Ia juga ingin wisata sejarah di Kalimantan Timur semakin hidup tidak hanya jadi tempat berkunjung siswa karena tugas sekolah, tapi menjadi ruang edukatif yang menarik bagi semua kalangan.
“Kalau tempat-tempat bersejarah dikemas dengan cara menarik, dijelaskan pakai teknologi atau tur interaktif, pasti anak-anak muda lebih tertarik. Harusnya sejarah jadi keren, bukan membosankan,” tambah Aira.
Untuk Kalimantan Timur, Aira berharap provinsi ini tumbuh menjadi wilayah yang seimbang antara kemajuan dan pelestarian budaya.
“Sekarang Kaltim jadi Ibu Kota Negara. Pasti bakal banyak pembangunan. Tapi aku harap, sejarah dan budaya kita tetap dijaga. Jangan sampai pembangunan bikin kita lupa siapa kita,” imbuhnya lagi.
Sementara untuk dirinya sendiri, Aira berharap suatu hari bisa berkontribusi langsung dalam pelestarian sejarah.
Di tengah gegap gempita libur Lebaran, Aira menemukan kebahagiaan yang sederhana tapi berarti yaitu kembali ke tempat yang membesarkan kecintaannya pada sejarah tanpa harus mengeluarkan uang, hanya cukup dengan rasa syukur dan cinta yang tak pernah pudar pada jejak-jejak masa lalu, yang pernah ada. (sef/pt)